Sabtu, 09 Januari 2016

One Day Trip to Chichen Itza, Mexico

Your trip to Cancun is incomplete without visiting the majestic ancient ruined of Chichen Itza. Situated 3 hours away from Cancun, there are plenty travel agent offering one day trip to visit this place. The official price is around $100, but somehow the travel agent in my hotel offered me for $49, and by a little bit bargaining, I booked it for $45, already included the bus, tour guide, visiting Maya Village, Lunch, swimming in Cenote Hubiku, entrance fee for Chichen Itza + guide, and city tour in Valladolid. If you want to go there by yourself, there is ADO Bus from downtown terminal to Chichen Itza cost for $30 return.

 
Visiting Cenote Hubiko on the way to Chichen Itza

Chichen Itza is the largest of the archaeological cities of Mayan civilization in the Yucatan Peninsula and second most visited archeological site in Mexico, after Teotihuacan. It was granted World Heritage Site status by UNESCO on 1988 then recently selected as one of the New Seven Wonders of the world on 2007. Opened daily from 9-5, the iconic structure in Chichen Itza complex is El Castillo or the temple of Kukulkan.

El Castillo or the temple of Kukulkan
El Castillo or the temple of Kukulkan
The pyramid was not only used for religious or ceremonial event, but also it was an astronomical site, which played huge part on Mayan Astronomy. The temple has 91 steps on each sides and 1 on top platform, total of 365 steps to represent 365 days a year, one step for each day. By having this knowledge, the Mayans could determine when would be the dry and wet season accurately so they knew the best time for farming.

Also twice a year, on the spring and autumn equinoxes, a shadow falls on the pyramid in the shape of serpent during sunset, inviting 10,000 – 20,000 tourists around the world witnessing this phenomena.

Another thing is, if you clap your hands at its base it echoes back an almost mechanical chirping sound that is very similar to the nearly extinct Quetzl bird that is sacred for the Mayans, just showcase the engineering advanced of the building. If the correct hand clapping technique used, you could hear the echoes of “Kukulkan”, this is where the temple gets its name.





I would highly suggest you to visit this place early in the morning, out of the hot sun, before the place packed by tourists, if you go by your own without a tour. If you come here on a day tour, don’t forget to bring plenty of water, wear sun block 110 SPF, and use umbrella since the site is super hot and dry, even in late afternoon. At last, best time visited this place are during spring and autumn equinoxes (March 20th and Sept 22nd) when you can see the incredible shadow serpent of El Castillo. Also don't forget to pay a visit to an old town of Valladolid, just few miles away from Chichen Itza. 
Adios.

  
Short visit to old town of Valladolid nearby Chichen Itza
Church in Valladolid

@williamkellye

Rabu, 06 Januari 2016

Jalan - Jalan di Pulau Menjangan, Bali

Gue gak bisa bayangin, kalau gue berumur 30 tahun-an, terus gue masih ikutan open trip sama anak muda early 20an. Gak matching aja, karena umur 30an itu cocoknya lagi sibuk mikirin karir. Kalaupun traveling, itungannya juga bukan solo traveling lagi tapi family trip bareng keluarga. Selagi gue masih muda, masih sehat, dan ada duitnya, gue selalu mengatakan iya tiap kali ada kesempatan traveling. 

Di kala gue lagi standby di rig dan lagi gak ada kerjaan, biasanya juga gada kerjaan, makan tidur doang tiap hari, gue mendayagunakan segala jiwa raga gue buat ngestalker destinasi apa pun di Jawa Timur. Kebetulan lagi job deket sana, beres jobnya gue mau cabut ikutan open trip dari Surabaya. Lumayan kan bisa hemat ongkos pesawat Jakarta-Surabaya PP yang udah dibayar lunas sama kantor.

Cek sana sini, gue nemu banyak open trip mulai dari Gili Labak, Kawah Ijen, Bromo, Baluran, Pacitan, sampe Menjangan. Hah Menjangan? Jujur gue baru denger ada tempat namanya menjangan. Sebuah pulau yang terletak di Taman Nasional Bali Barat, sekitaran Selat Bali, bisa diakses via Banyuwangi atau naik kapal nelayan dari Pelabuhan Gilimanuk di Bali. Dari Instagram sih, pantainya kacrut, cuman pemandangan bawah airnya bikin gue ngiler sampe gak bisa tidur. Buaaguusss banget soalnya. Apalagi ada penangkaran hiunya macem di Karimun Jawa, langsung seketika gue telepon bos minta cuti 3 hari karena whatsup gue cuman di read doang.

Tanggal 23 Desember, gue cabut dari rig ke Surabaya. Rencananya gue mau naik kereta ke Banyuwangi dari Stasiun Gubeng. Tapi apa daya, karena lagi musim kawin liburan, gue kehabisan tiket. Gak habis akal, gue cuss ke Terminal Bungurasih buat cegat bus ke Banyuwangi. Disana ketemunya bus ekonomi seat 2-3 kelebihan muatan yang bikin males buat naiknya. Bukan apa-apa, rawan copet soalnya. Daripada pasrah naik bus itu, gue putusin blusukan keliling terminal cari bus eksekutif jurusan Banyuwangi, dan ketemu dong! Busnya lagi mangkal dipojokan, seatnya 2-2, bisa ngejeblak lagi, dan terhindarlah gue dari kemungkinan sedekah kepada orang yang tidak membutuhkan.

Karena pas lagi liburan panjang, jalanan macet dimana-mana. Perjalanan yang seharusnya cuman 8 jam molor sampe 10 jam. Gue sih gak terlalu peduli soalnya bangun-bangun udah nyampe aja di Ketapang. Naik ojek bayar 10rb sampailah gue di Pantai Watudodol, meeting point open trip kali ini. Total pesertanya berjumlah 37 orang dan cuman gue sendirilah yang solo traveler. Sempet ditanyain kok perginya sendirian. Simpel. Kalo nungguin temen sampe lebaran kambing juga gak berangkat-berangkat. Siapa tahu kan perginya sendiri, pulang-pulang dapet gebetan kenalan baru.

Buat ikutan open trip ke Menjangan ini gue bayar 260rb, udah termasuk sewa alat snorkeling, sewa kapal, sewa pendamping hidup, guide, lunch, biaya retribusi Pulau Menjangan, dan underwater photo shoot. Dari meeting point, perlu sekitar sejaman buat sampe di spot snorkeling pertama. Bentuknya slope gitu, 4 – 5 meteran dalemnya, berarus kenceng, tapi visibilitynya tetep bagus dan ikannya buaaanyak banget macemnya. Bukan cuman tipikal ikan karang yang kecil dan warna warni, tapi banyak juga ikan besar-besar macem ikan buntal, ikan kakatua, angel fish, butterfly fish, gerombolan ikan sersan mayor, dan berbagai macam ikan karang lainnya yang gue gak tau namanya. Terumbu karangnya juga warna warni, ada yang bentuknya jarum, kipas, dan otak. Beberapa kali juga gue ngerasain thermocline, pertemuan antara arus dingin dan panas, yang ngebikin sensasi panas dingin. 



Beres snorkeling di spot pertama, kita lanjut makan siang di atas kapal biar efisien, terus nyebur lagi di spot snorkeling kedua. Tempatnya lumayan dangkal, gak sampe satu meteran jadi mesti hati-hati pas lagi berenang biar gak nabrak karang, apalagi sampe nginjek karang. Meskipun gue udah hati-hati, gue sempet mergokin pengunjung lain yang masih kurang sadar terhadap kelestarian lingkungan. Ada yang nginjek karang, ngambil karang, sampe sempet-sempetnya nangkep ikan pake botol aqua. Untungnya si guide sama tukang kapalnya gak segan-segan neriakin orang-orang itu sambil marah-marah.

Kalau dibandingin spot pertama, di spot kedua ini gak banyak ikan gede yang gue temuin, rata-rata ikan kecil semua, tapi sumpah, terumbu karangnya warna warni banget dan rapet menempel, lebih bagus dari yang pertama. Arusnya juga gak terlalu kenceng jadi gak bikin capek buat ngejar ikan kesana kemari. 


Dari spot snorkeling kedua, lanjut lagi ke Pulau Menjangan untuk wisata pulau. Selfie, wefie, atau apalah itu namanya di gapura pulaunya, jalan bentar di pantainya, terus balik lagi ke kapal buat pergi ke penangkaran hiu. Hiunya ternyata dikurung di dalem keramba apung, total ada 4 ekor. Sama kayak di Karimun, gak ada yang berani nyebur kecuali gue. Haha, gue sih cuek aja. Dengan modal nekat, pose paling manis, dan background bikin ngeces, dapetlah gue beberapa foto yang layak  dipamer-pamerin di Instagram.



Setelah selfie sama hiu, kita balik lagi ke Pantai Watudodol, bersih-bersih, dan berakhirlah petualangan satu hari penuh arti di Menjangan. Sejujurnya gue gak menyangka bakalan ketemu hidden paradise bernama Menjangan di Selat Bali situ. Tempatnya memang belum terkenal banget, tapi disitulah gue bisa ketemu ikan segala bentuk hanya dalam satu kali snorkeling. Di tempat yang airnya sebening kristal, dengan background terumbu karang melambai-lambai, bikin gue ngerasa lagi berenang di aquarium sea world. Tempatnya juga gampang banget di akses, hanya sepelemparan batu dari Surabaya. Cocok banget buat weekend getaway kalau lagi di Surabaya, bosen kan ke TP lagi TP lagi.


@williamkellye

Jalan - Jalan di Pulau Karimun Jawa

Jujur gue termasuk tipikal anak kota yang ogah buat panas-panasan di pantai sepi meski pasirnya putih halus kayak tepung di supermarket. Gue dulu selalu berpikiran, kalau mau liburan, ngapain harus sengsara. Tapi justru disitu seninya. Jalan-jalan ala backpacker yang serba gak jelas itu ternyata lebih seru, lebih bewarna, dan lebih banyak yang bisa diceritain.

Bermula dari obrolan basa basi pas lagi makan siang, gue baru tahu kalau salah seorang temen kantor gue disuruh ambil cuti sama si Bos gara-gara akumulasi cutinya udah kebanyakan. Terakhir gue lihat loadchart, akumulasi cuti gue juga udah lebih dari 60 hari. Pasti bentar lagi juga giliran gue dipanggil si Bos terus dipaksa ambil cuti.

Sebetulnya, gue gak terlalu suka dipaksa ambil cuti mendadak macem begini, soalnya ujung-ujungnya gue bakalan ngabisin jatah cuti gue di rumah doang. Mau ngajak temen kuliah jalan, mereka pasti lagi pada kerja. Mau ngajakin temen kantor pergi, pasti lagi pada di lokasi. Mau pergi sendiri, males aja browsing tiket pesawat karena harganya suka bikin kaget kalau perginya dadakan.

Entah kenapa, terlintas aja Karimun Jawa di kepala gue. Kesananya gak perlu pake pesawat jadi gak bakalan bikin miskin. Kebetulan ada temen kantor lagi cuti, gue ajakin barenangan aja kesana daripada gue geje pergi sendirian. Untungnya temen kantor gue juga gak pake banyak mikir, langsung iya aja jawabannya. Pucuk dicinta, Karimun tiba!

Biar efisien, kita putusin buat pergi kesananya besok. Agak sinting emang, diobrolin baru siang ini, besoknya udah berangkat. Langsung deh beres makan siang gue buru-buru buka laptop, bukan buat kerja, tapi nge-stalkingin apapun yang berhubugan sama Karimun Jawa. Ketemu website yang ngadain open trip ke karimun, langsung gue book gak pake lama.

Meeting pointnya itu ternyata di Pelabuhan Karimun Jawa, bukan Jakarta atau Semarang. Buat kesananya gue mesti muter otak, mau naik bus, kereta, atau naik pesawat karena gengsi. Karena tema trip kali ini adalah perjalanan pangkal kaya, alias perjalanan yang gak bikin kantong jebol, gue memilih buat naik bus malem aja dari lebak bulus ke Jepara.

Ada 2 bus executive buat rute ini, Shantika sama Bejeu. Harganya sama aja, sekitar 200rb-an, udah termasuk makan malem. Seatnya 2-2, jadi gak bakalan bikin pegel dan bisa bobok cantik semaleman. Berangkat jam 5 sore, sampe di Jepara jam 5 pagi. Turun di alun-alun jepara, terus dilanjut naik becak 10 menit udah sampe di Pelabuhan Kartini. Bisa juga sih naik kereta malem, cuman nanti turunnya di Semarang, bukan di Jepara, terus mesti dilanjut lagi pake taksi buat ke Pelabuhan Tanjung Mas atau ke Jeparanya. Karena ribet dan gak ekonomis, opsi kereta api gue coret.

Dari Pelabuhan Kartini kita tinggal naik kapal buat menyebrang ke Karimun Jawa. Bisa naik kapal Siginjai, KMC Kartini, atau Express Bahari. Kapal Siginjai beroperasi tiap hari Sabtu, Senin, dan Rabu dengan lama perjalanan 5 jam. Kalau naik KMC Kartini, cuman 3.5 jam tapi ada di hari Kamis aja. Kalau naik kapal Express Bahari, lama tempuhnya 2 jam dan ada di hari Senin, Selasa, Jumat, Rabu.

Berhubung gue sampe di Jepara hari Sabtu, gue akhirnya naik kapal Siginjai dan sukses terombang ambing di lautan selama 5 jam lengkap tanpa sinyal HP yang bikin mati gaya. Sebetulnya kalau kita tajir melintir, kita bisa lho naik Susi Air dari Semarang ke Karimun. Tapi berhubung gue bukan anak konglomerat dan tema tripnya effortless weekend getaway, gue coret opsi pesawat terbang.

Begitu tiba di Pelabuhan Karimun Jawa, gue langsung dijemput sama si tour guide terus dianterin ke homestay. Semalem gue bayar 100rb buat homestay, udah termasuk kamar mandi dalem dan kasur muat 2 orang. Karena gue pergi berdua sama temen gue, gue cuman perlu bayar 50rb/malem. Murah kan. Untuk tournya sendiri, harganya 100rb/orang buat half day tour dan 150rb/orang buat full one day tour, itu udah termasuk makan siang, sewa alat snorkeling, underwater photo, island hopping, dan berenang bareng hiu.

Hari pertama, gue cuman snorkeling di satu spot tapi sukses membuat gue ngeces saking bagusnya.  Visibilitynya oke banget, terumbu karangnya warna warni, ikannya banyak dan gak malu-malu. Spotnya macem patahan gitu, sebagian dangkal, sebagian lainnya laut dalem. Dua-duanya sama-sama keren dan bikin nagih buat snorkeling lama-lama. Gue aja sampe lupa kalau siang itu panas membara saking ademnya ngeliatin pemandangan bawah airnya Karimun.


Sejaman snorkeling, gue sama rombongan pindah tempat buat ngeliat sunset di salah satu pantai di ujung Pulau Karimun. Pantainya bersih dan banyak batu-batu gedenya macem pantai di Belitung. Sunsetnya terlihat jelas, gapake ketutupan awan, bener-bener bikin hati puas. Beres sunset-an, gue balik ke homestay, bersih-bersih, terus ke alun-alun yang udah disulap jadi pasar malem buat cari makan. Ada banyak ikan laut dijual disana, yaiyalah, termasuk lobster meski harganya gak murah-murah amat.


Hari kedua, tur dimulai dengan snorkeling spot kedua yang lebih kece dari snorkeling spot pertama. Visibilitynya sama bagusnya cuman ikannya jauh lebih banyak, lebih variatif. Terumbu karangnya juga rapet menempel, didominasi yang bentuknya jarum-jarum runcing, kipas, dan otak.

Beres snorkeling, lanjut makan siang ikan bakar di suatu pulau terpencil sambil disuguhi laut bergradasi 3 warna, hijau, biru muda, biru tua, mirip sama pantai di Maldives. Habis makan siang, lanjut snorkeling lagi di spot ketiga. Yang ini spotnya lebih dalem, 4-5 meteran, tapi banyak ikan nemonya dan beberapa ikan karang berukuran lumayan gede macem ikan kakatua.




Sejaman disini, lanjut lagi ke tempat terakhir, tempat penangkaran hiu. Lucunya dari semua rombongan, cuman gue sama temen gue yang berani nyebur dan berenang sama hiu. Meski masih berukuran bayi, hiu-hiunya ternyata ganas juga. Dikasi potongan ikan, langsung dimakan secara buas, dan denger-denger, pernah ada pengunjung yang digigit gara-gara gak sengaja megang hiunya. Intinya, kalau lagi berenang sama hiu jangan sekali-kali megang atau ngelus-ngelus si hiu, jangan juga nyipak-nyipak tangan di atas air, nanti dikira lagi dikasih makan.

Agak deg-deg-an memang pas nyebur pertama kali, tapi setelah lama di dalem air, bakalan lupa takutnya dan jadi betah lama-lama berenang sama hiu. Gue jadi teringat trip terakhir gue ke Cancun, Meksiko, mau berenang sama hiu aja mesti bayar $50. Itupun di kolam renang. Bitch plis. Cuman disini, di Karimun, berenang sama hiu udah termasuk di one day package yang gak lebih dari $15.





Hari ketiga, gue agak males basah-basahan jadinya gue wisata keliling pulau pake motor sebelum siangnya balik ke Jepara pake Kapal Express Bahari. Dari pagi buta gue udah cabut buat ngejar sunrise, dilanjut muterin pulau Karimun dari barat, utara, ke timur, dari jalanannya aspal sampe jalanannya tanah, terus aspal lagi, menembus semak belukar, naik turun bukit, ketemu pantai pasir putih yang gak ada orangnya, keliling dalem bandara pake motor meski ada tanda dilarang masuk, nyasar ke hutan mangrove, sampe naik ke daerah tertinggi di Karimun buat ngeliat pemandangan spektakuler laut 3 gradasi warna dari atas.

Kapan dan dimana lagi coba gue bisa ngedapetin semua itu kalau bukan di Karimun Jawa. Di tempat yang penduduknya masih ramah-ramah, di tempat wisata yang apa-apanya masih belom dikomersil macem di Bunaken yang bikin miskin. Di tempat yang gue cuman perlu bayar 150rb per hari udah bisa island hopping, snorkeling sampe keling, sampe uji nyali berenang sama hiu segala. Di tempat yang gue bisa dapetin pemandangan Indah bintang lima tapi seharga kaki lima.

Karimun Jawa adalah sepenggal surga di Laut Jawa. I Love Karimun Jawa.






Instagram : @williamkellye

Selasa, 05 Januari 2016

Jalan - Jalan Pulau Pahawang, Lampung

Tahun 2015 ini, lagi rame banget yang namanya open trip. Open trip itu semacam metode sharing cost buat jalan-jalan. Siapa aja boleh ikut. Semakin banyak, semakin bagus, soalnya cost nya bisa semakin murah karena dibagi ke banyak orang. Cara ikutannya gampang banget. Biasanya sih gue lewat Instagram, ketik #opentrip, terus gue sesuaikan minat dan bakat. Kalau lagi pengen snorkeling, gue cari yang tujuannya ke laut. Kalau lagi pengen hiking ya gue cari yang ke gunung. Pokoknya budget friendly deh. Jadwalnya juga hampir tiap weekend ada, jadi orang kantoran bisa ikutan tanpa perlu ngabisin jatah cuti. 

Biar tetep hits, akhirnya gue nyobain juga ikutan open trip ke Pulau Pahawang di Lampung bareng temen kantor. Gue pilih Pahawang soalnya akhir-akhir ini lagi keranjingan snorkeling, terusnya juga lagi pengen main di pantai. Buat pada yang belom tau, pantai di sekitaran Lampung bagus-bagus amat, gak kalah sama pantai Indonesia Timur. Pasir pantainya putih bersih, airnya bening, dan gak berombak, jadi berasa berenang di kolam renang.

Setelah gue booking tripnya, gue dikontak sama tour guide-nya buat ketemuan di Dunkin Donut Merak, hari Jumat, jam 10 malem. Dari situ dilanjut nyebrang ke Bakauheni terus naik APV ke Pelabuhan Ketapang. Baru deh disana naik kapal kayu sejaman ke Pulau Pahawang.


Biar efisien, sebelum sampe di Pahawang kita nyebur dulu di spot snorkeling pertama. Katanya sih sambil menyelam minum air, biar gak rugi waktu. Overall, not bad lah view nya. Kalau dibandingin sama di Pulau Seribu, masih bagusan disini kayaknya. Ikannya rame dan gak malu-malu. Arusnya juga gak kenceng, jadi gak bikin capek berenang. Cuman ada satu kekurangannya, entah karena habis hujan atau apa, visibility-nya kurang begitu bagus alias butek.




Sejaman snorkeling, baru deh kita lanjut ke homestay di Pahawang. Selama perjalanan, gue kenalan sama 3 cewek yang bikin kita telat berangkat naik kapal, terus sepakat deh kita buat barengan terus. Ini yang gue suka dari ikutan open trip, selain bisa sharing cost, bisa dapet kenalan baru.

Anyway, ternyata si guide cuman booking 2 homestay buat kita ber-27. Rumah yang pertama bakal diisi 17 orang, yang satunya 10 orang. Langsung aja gue tempatin rumah kedua. Males aja gue kalau harus serumah ber-17, mau mandi susah, mau tidur bingung. Untungnya rumah yang gue tempatin berasa homey meski kamar tidurnya cuman ada 2 dan kamar mandinya ada 1. Sialnya listrik cuman nyala pas malem doang jadi bikin mati gaya.


Beres rapih-rapih di homestay, kita lanjut makan siang di suatu pulau gak berpenghuni. Beres makan terus lanjut ke spot snorkeling kedua dan ketiga. Dibandingin spot pertama, spot kedua dan ketiga ini lebih bagus. Bentuknya semacam slope, dari perairan dangkal ke laut dalam. Ikannya lebih variatif dan banyak banget ubur-uburnya. Disitu juga sempet ngerasain sensasi thermocline, daerah pertemuan arus panas dan arus dingin. Jadi bagian atas gue bakalan terasa hangat tapi bagian bawahnya dingin.







Selepas maghrib, gue udah balik ke homestay dan mulai bersih-bersih. Untungnya pas nyampe listriknya udah nyala jadi bisa sambil nonton TV. Gak banyak yang gue lakuin malem itu selain ngobrol ngalor ngidul sama temen-temen baru dikenal.

Besoknya, kita nyebur sekali di spot snorkeling keempat sebelum balik ke Lampung. Spot-nya namanya Taman Nemo. Dikasih nama begitu soalnya banyak banget ikan nemonya. Cuman spot-nya dalem banget, sekitar 5 meter-an jadi mesti free dive kalau mau liat nemo-nya. Karena terlalu dalam, banyak yang gak jadi nyebur alias cuman duduk-duduk di atas kapal.




Overall, open trip ke Pahawang ini worth it lah. Spot snorkeling-nya oke punya dan gak kalah sama spot snorkeling di Bunaken. Pantainya juga masih alami belom pada kena polusi. Ditambah lagi, jaraknya juga nggak jauh-jauh amat dari Jakarta jadi gak terlalu banyak effort yang dikeluarkan. Pokoknya pas banget buat weekend getaway. So daripada bingung malem mingguan mau kemana, just packed your bag and go to Pahawang Lampung.



@williamkellye

JALAN - JALAN DI SEOUL KOREA - PART 1

Kalau ditanya pilih Jepang atau Korea, saya pilih Jepang. Tapi kalau ditanya pilih Tokyo atau Seoul, jelas saya pilih Seoul! Saya bukan...