Sudah lama saya kepingin mencoba skydiving. Tapi karena harganya yang mahal, mungkin saya hanya
sanggup melakukannya sekali seumur hidup. Makanya lokasi skydive pertama harus yang indah indah dan patut dikenang, karena
tidak tahu kapan lagi akan skydiving.
Setelah browsing
sana sini, ketemulah Queenstown di New Zealand. Tempat ini langsung mencuri
perhatian saya dengan pemandangannya yang aduhai. Langit biru, pegunungan
bersalju, plus bonus Danau Wakatipu. Sekalipun saya bukan orang yang berani-berani
amat, tapi kalau view skydiving-nya
seindah ini, langsung hilang deh rasa takut dan nerveous-nya.
Sebetulnya ada banyak spot skydiving di New Zealand seperti di Wanaka, Auckland, Franz
Josef, atau Rotorua. Cuman yang paling komersil dan terkenal ya di Queenstown.
Saking komersilnya saya sampai bela-belain booking dari 2 minggu sebelumnya
supaya dapat slot skyjump pukul 11
siang. Bisa saja sih datang “Go Show”
tapi tidak jaminan bisa skyjump di
hari yang sama dan di jam yang diinginkan. Sementara saya kan kepinginnya skydiving di siang hari supaya dapat
pemandangan paling maksimal (karena cahayanya paling berlimpah).
Setelah jadwal skyjump
ter-booking, akhirnya tiba juga hari yang dinanti-nanti. Hari dimana
saya akan melakukan skydiving. Entah mengapa di hari itu saya malah jadi gugup
dan senewen. Tapi the show must go on.
Setelah melakukan registrasi di kantor pusat NZone Skydiving, saya dan lima
orang lainnya dijemput dengan Van menuju bandara kecil di luar Queenstown.
Disana sudah menunggu pesawat imut-imut yang akan membawa kami di ketinggian
15,000 kaki. Di dalamnya kami duduk berbaris sesuai urutan terjun. Dan sialnya
saya malah dapat giliran terjun pertama. Waks.
Grogi sih sudah pasti. Tapi disuguhi pemandangan
indah di kanan kiri selama penerbangan, pikiran saya justru malah jadi tenang
dan relax. Apalagi ketika pintu pesawat dibuka dan saya bisa melihat hamparan
pegunungan Remarkables berselimut salju serta Danau Wakatipu tanpa dinding
pembatas. Masih tertegun dengan pemandangan indah Queenstown dari atas, tandem
master saya tiba-tiba mencolek saya dan memberi aba-aba untuk bersiap meloncat.
Jujur saya belum siap mental saat itu. Sambil takut-takut saya mengambil posisi
untuk terjun. Dan dalam hitungan ketiga kami pun terjun bersama dari ketinggian
15,000 kaki dengan kecepatan lebih dari 200 km/jam.
Rasanya jantung seperti ketinggalan di atas pesawat. Dan saking
cepatnya kami freefall (terjun
bebas), saya sampai tidak bisa mendengar suara kencang teriakan saya di detik-detik awat. Barulah setelah parasut kecil pertama terbuka dan kami terjun
melambat, saya mulai bisa mendengar suara saya serta berkomunikasi dengan tandem master. Pemandangan saat itu
benar-benar sangat indah.
Saya tidak begitu ingat berapa lama saya berada di
udara karena dilarang membawa jam tangan atau benda-benda yang mudah lepas saat
skydiving. Tapi yang saya ingat, ini
adalah salah satu moment paling berkesan
dan tidak terlupakan dalam hidup saya. Kalau disuruh skydiving lagi tentu saya akan dengan senang hati melakukannya lagi
dan lagi. Tapi kali kedua nanti saya mau terjun bebas sambil salto. Hehe.
Instagram : @williamkellye
Mas kira2 berapa ya harga untuk skydive di queenstown? Dan persiapan apa yang dibutuhkan?
BalasHapus