Dalam rangka menaklukkan bucketlist mengunjungi 10 negara ASEAN, maka tinggal Vietnam saja yang belum dikunjungi. Agak surprised memang, mengingat Vietnam ini negara favoritnya para traveller tapi justru menjadi negara ASEAN terakhir yang saya kunjungi. Biasanyakan negara tidak populer seperti Laos dan Brunei yang jadi paling akhir.
Boleh dibilang perjalanan saya ke Vietnam kali ini cukup impulsif. Tiba-tiba saja ada tiket gledek dari Tiket.com untuk rute Jakarta ke Kuala Lumpur seharga IDR 350,000 saja. Naik Malaysian Airlines lagi yang notabene maskapai full services. Langsung lah buru-buru saya booking untuk keberangkatan 21-25 Dec 2018 karena takut kehabisan.
Setelah tiket Jakarta - Kuala Lumpur di tangan, barulah saya membeli tiket rute Kuala Lumpur ke Ho Chi Minh yang sayangnya tidak ada yang murah mengingat bertepatan dengan high season libur natal dan tahun baru. Saya dapat tiket Airasia rute Kuala Lumpur - Ho Chi Minh (PP) seharga IDR 2,020,000. Lumayan mahal sih. Tapi tak apalah yang penting bisa mencoret bucketlist mengunjungi 10 negara ASEAN.
ITINERARY
Setelah browsing-browsing di internet, ternyata Ho Chi Minh ini tidak banyak tempat wisatanya. 4 hari disana pasti bakalan boring. Bingung mau kemana lagi, akhirnya saya putuskan untuk menghabiskan 2 hari di Ho Chi Minh dan 2 hari di Mui Ne. Dari informasi yang saya dapat, Mui Ne ini merupakan kota cantik pinggir pantai yang menawarkan ketenangan dan kedamaian. Jauh berbeda dengan Ho Chi Minh yang ruwet dan semrawut.
Dengan memasukkan Mui Ne, maka itinerary liburan kali ini sebagai berikut:
- Jumat, 21 Dec : Penerbangan malam Jakarta - Kuala Lumpur (Malaysian Airlines)
- Sabtu, 22 Dec : Penerbangan pagi Kuala Lumpur - Ho Chi Minh (Airasia) dan naik bus dari Ho Chi Minh ke Mui Ne
- Minggu, 23 Dec : Half day tour di Mui Ne lalu siangnya naik bus ke Ho Chi Minh
- Senin, 24 Dec : City tour di Ho Chi Minh dan lanjut Penerbangan malam Ho Chi Minh ke Kuala Lumpur
- Selasa 25 Dec : Penerbangan Siang Kuala Lumpur ke Jakarta
DAY 1
JAKARTA KE KUALA LUMPUR
Seperti biasa, saya selalu memilih penerbangan Jumat malam agar siangnya bisa masuk kantor dulu jadi hemat jatah cuti. Karena takut telat, 3 jam sebelum jam keberangkatan saya sudah berangkat dari kantor di Kuningan. Saya memang lebih suka tiba lebih awal di bandara ketimbang harus buru-buru ke bandara karena takut telat.
Sampai di bandara, saya langsung check in, drop luggage, dan menunggu boarding sambil menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor yang masih pending. Untungnya sekalipun ini penerbangan di Jumat malam dan high season, pesawat Malaysian Airlines yang saya naiki berangkat on time tidak pakai delay.
DAY 2
KUALA LUMPUR KE HO CHI MINH
Tiba di KLIA-1, saya langsung mencari spot untuk tidur hingga pagi menjelang karena keesokannya saya akan lanjut penerbangan pagi dari Kuala Lumpur menuju Ho Chi Minh. Sama halnya dengan penerbangan Jakarta ke Kuala Lumpur, penerbangan Kuala Lumpur ke Ho Chi Minh juga on schedule. Berkali-kali naik Airasia, 95% pesawatnya selalu on time.
Sesampainya di HCMC Tan Son Nhat International Airport, saya lalu mencari money changer untuk menukar dolar. Rate di bandara ini cukup bagus, mirip seperti kurs di internet. USD 100 dapat VND 2,320,000. Tukar dolarnya secukupnya saja. Karena Vietnam Dong tidak laku dimana-mana sehingga kurs tukar ke USD-nya jelek.
Setelah punya cukup VND, saya kemudian mencari konter simcard local. Saya beli paket data 5 GB seharga VND 200,000. Internet penting supaya tidak mati gaya saat naik bus 6 jam dari Ho Chi Minh ke Mui Ne, juga supaya bisa buka google map biar tidak nyasar.
HCMC TAN SON NHAT INTERNATIONAL AIRPORT TO DISTRICT 1
Dari bandara saya lalu naik bus no 109 menuju Pham Ngu Lao - District 1. Harganya VND 20,000 dengan lama perjalanan 45 menit. Bus ini beroperasi dari pukul 05.30 pagi hingga pukul 01.00 dini hari. Lama tunggunya sekitar 15-20 menit. Busnya nyaman, bersih, dan aman. Recommended!
Opsi lainnya bisa naik taksi ke pusat kota dengan membayar VND 150,000-200,000. Pastikan memilih taksi Vinasun karena brand lainnya banyak scam. Bisa juga pesan Grab seharga VND 100,000.
SINH TOURIST - PHAM NGU LAO
Kalau Singapore punya Orchard Road dan Kuala Lumpur punya Jalan Bukit Bintang maka Ho Chi Minh punya Pham Ngu Lao di District 1, jalanan paling hits yang segalanya ada mulai dari hotel, hostel, losmen, coffee shop, cafe, resto, hingga deretan toko yang tiada ujungnya.
Tujuan saya ke Pham Ngu Lao cuman 1, mencari konter Sinh Tourist untuk membeli tiket bus menuju Mui Ne. Sebetulnya ada banyak travel agent lain yang menjual tiket bus HCMC ke Mui Ne. Tapi dari review di internet, banyak travel agent bodong penuh dengan scam. Yang paling terpercaya dan recommended itu Sinh Tourist. Saya beli sleeper bus seharga VND 99,000 untuk keberangkatan siang itu juga. Untungnya meskipun saya belinya last minute dan on the spot, masih ada kursi yang tersedia.
Perjalanan dari Ho Chi Minh City ke Mui Ne yang berjarak 216 km dapat ditempuh sekitar 5-6 jam perjalanan darat tergantung kepadatan lalu lintas. Selama perjalann saya habiskan dengan tidur saja sambil sesekali main internet. Untung beli paket data, hehe.
AKOMODASI DI MUI NE
Banyak akomodasi murah dan bagus di Mui Ne. Tapi pilihan saya jatuh pada Vietnam Backpacker Hostel Mui Ne. Meskipun namanya hostel, fasilitasnya tidak kalah dari resort berbintang. Harganya cuman USD 5 per malam, sudah termasuk fasilitas kolam renang, bar, free breakfast, kursi santai, dan tiap kamarnya dilengkapi kamar mandi dalam dan pendingin ruangan. Lokasinya juga strategis di pinggir jalan utama jadi hanya tinggal menyebrang jalan saja untuk bisa tiba di pantai Mui Ne.
Setelah check in di Vietnam Backpacker Hostel Mui Ne, saya langsung memesan paket half day sunrise tour di resepsionis seharga VND 120,000 untuk keesokan harinya. Murah banget sih ini, karena cuman VND 120,000 atau setara IDR 75,000 sudah bisa ikutan sunrise tour mengunjungi 4 tempat wisata di Mui Ne: the White Sand Dunes, the Red Sand Dunes, Fairy Stream, dan the Fishing Village. Thanks to kurs mata uang Vietnam yang tidak kuat-kuat amat, saya jadi berasa horang kayah.
DAY 3
WHITE SAND DUNES
Pukul 4.30 pagi, saya, 3 cewek Thailand teman sekamar, dan 7 bule lainnya sudah bersiap di lobby hostel menunggu jeep jemputan. Tak lama berselang datanglah 2 jeep di parkiran hostel. Kami pun dibagi menjadi 2 kelompok. Jeep pertama diisi saya, 3 cewek Thailand teman sekamar, dan 2 orang tamu dari luar hostel yang ternyata surprisingly turis asal Indonesia. Lalu jeep satunya diisi 7 bule berkaki panjang yang terlihat seperti pepes sarden di dalam sebuah jeep berukuran mungil.
Setelah semua penumpang naik, jeep kemudian melaju menembus kegelapan pagi menuju lokasi pertama: the White Sand Dunes. Kami diantar persis di depan gerbang masuk lokasi. Dari sana ada 2 cara menuju spot melihat sunrise. Jalan kaki (gratis) atau membayar VND 200,000 naik APV. Tentu saya pilih naik APV karena malas jalan kaki dan takut nyasar di padang pasir.
VND 200,000 itu kalau di rupiahkan sekitar IDR 100,000. Tidak mahal-mahal amat lah untuk naik APV 10 menit pulang-pergi menuju spot sunrise yang konturnya naik turun. Kalau jalan kaki pasti dijamin ngos-ngosan. Tahu sendiri kan jalan di padang pasir itu butuh usaha ekstra. Apalagi saat naik bukit. Baru jalan 3 langkah bisa merosot 5 langkah.
Sayangnya pagi itu kami kurang beruntung. Langit kelabu diselimuti awan tebal. Jadi sunrise-nya kurang maksimal. Tapi tetap lumayanlah. Kapan dan dimana lagi bisa menikmati sunrise di padang pasir di ASEAN kalau bukan di Mui Ne, Vietnam.
Yang paling unik, tiba-tiba saja ada sebuah balon udara mengudara dari antah barantah. Tidak disangka-sangka kalau ada juga balon udara di Vietnam, bukan hanya di Cappadocia (Turkey) atau Bagan (Myanmar).
THE RED SAND DUNES
Dari the White Sand Dunes perjalanan kemudian dilanjutkan naik jeep menuju lokasi kedua, the Red Sand Dunes. Kalau white sand dunes pasirnya bewarna putih, di red sand dunes ini pasirnya bewarna kemerahan. Lokasinya persis di pinggir jalan utama. Tinggal jalan kaki 5 menit langsung sampai. Disana kami menghabiskan waktu sekitar 30 menit untuk mengeksplor area depannya saja. Karena kami terlalu malas harus harus bersusah payah naik turun bukit pasir menuju bagian tengahnya.
THE FISHING VILLAGE
Berikutnya kami menuju destinasi ketiga, the Fishing Village. Tempat ini menurut saya kurang terlalu spesial karena hanya berupa desa nelayan biasa dengan pasar ikannya yang standar. Kami hanya berkeliling 15 menit disana sebelum minta segera diantar ke destinasi terakhir, the Fairy Stream.
THE FAIRY STREAM
Awalnya saya bingung tempat seperti apakah the Fairy Stream ini. Ternyata begitu sampai, the Fairy Stream ini semacam aliran sungai yang kanan kirinya dikelilingi bukit-bukit bewarna merah. Jangan takut basah kuyup saat berjalan menyusuri sungainya karena airnya dangkal hanya semata kaki. Lucunya di beberapa titik terdapat banyak pedagang asongan yang menjual dagangannya di atas aliran sungai. Jadi kalau haus atau lapar, bisa sekalian mampir buat jajan.
Di Fairy Stream kami menghabiskan waktu sekitar 1 jam. Setelah itu kami diantar balik ke hostel dan berakhir pula tur murah meriah di Mui Ne. Untuk harga VND 120,000, tur ini worth the money dan WAJIB dicoba saat main-main di Mui Ne.
MUI NE KE HO CHI MINH CITY
Beres tour, saya lalu minta dipesankan tiket bus ke Ho Chi Minh City untuk keberangkatan siang ini. Lagi-lagi, walaupun saya pesan mendadak dan last minute, saya masih kebagian kursi.
Hingga menunggu jam penjemputan bus HCMC, saya habiskan 3 jam dengan berenang, lunch, dan jalan-jalan santai di Pantai Mui Ne.
AKOMODASI DI HO CHI MINH CITY
Kembali ke Mui Ne, saya sudah memesan hostel di THE HIDEOUT, daerah Pham Ngu Lao - District 1. Saya memang sengaja memilih daerah Pham Ngu Lao karena lokasinya strategis jadi gampang kemana-mana. Harga per malamnya IDR 126,000 saja.
DAY 4
HO CHI MINH CITY
Hari ini merupakan hari terakhir berada di Ho Chi Minh karena sorenya nanti saya harus mengejar penerbangan balik ke Kuala Lumpur. Agenda hari ini adalah city tour mengunjungi tempat-tempat mainstream di Ho Chi Minh seperti berbelanja di Ben Thanh Market, mengagumi arsitektur dari Saigon Central Post Office dan Ho Chi Minh City Opera House, serta menikmati secangkir kopi Vietnam nikmat dengan pemandangan langsung Notre Dame Cathedral of Saigon.
Bangunan favorit saya sudah pasti Notre Dame Cathedral of Saigon setinggi 58 meter yang dibangun tahun 1863-1880. Tapi saya juga terkesan dengan arsitektur Tan Dinh Church, gereja serba pink bergaya Neo-Romanesque yang dibangun tahun 1870 hingga 1876. Jarak satu tempat dengan tempat lainnya di Ho Chi Minh City berdekatan satu dengan lainnya. Jadi saya cukup jalan kaki saja kemana-mana.
Nah begitulah pengalaman singkat saya mengunjungi Vietnam, negara ASEAN ke 10 yang saya kunjungi. Kurang puas sih karena terlalu sebentar jadi saya berencana untuk datang lagi ke Vietnam. Tapi bagian utaranya yang katanya alamnya bagus banget.
Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/
#Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #Solotravelling #HoChiMinhCity #MuiNe
Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/
#Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #Solotravelling #HoChiMinhCity #MuiNe