S for Santorini, my strongest motivation to
travel to Greece.
Santorini
merupakan sepenggal surga di tanah Yunani. Sebuah pulau terbaik di Kepulauan
Cyclades, terletak dekat dengan Turki atau 30 menit naik pesawat dari Athena.
Hingga kini belum banyak penerbangan langsung menuju Santorini. Kebanyakan
masih berasal dari kota besar di Eropa Selatan seperti Roma, Athena, Barcelona,
atau dari Istanbul. Tak heran jika diperlukan waktu, usaha, dan materi yang
tidak sedikit bagi turis dari belahan dunia lain untuk sekedar menjejakkan kaki
di surga dunia Santorini.
Oia, Santorini
Cara terbaik
menikmati keindahan Santorini adalah dengan melakukan trekking dari Fira menuju Oia. Jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar
10 km atau dapat ditempuh 2-3 jam berjalan kaki. Rute ini sudah jamak dilakukan
turis yang datang ke Santorini sehingga tidak perlu khawatir tersesat karena
petunjuk arahnya sudah banyak dan jelas.
Umumnya para
turis disana mulai melakukan trekking
di pagi atau sore hari demi menghindari sengatan matahari yang tanpa ampun di
siang hari. Karena memang, langit di Santorini selalu biru terang tanpa awan
sehingga gampang membuat kulit gosong dan terbakar. Sementara saya lebih memilih
berangkat di sore hari dengan harapan setibanya di Oia nanti, bertepatan dengan
saat matahari terbenam.
Tepat pukul 4
sore saya memulai trekking dari Fira
menuju Oia. Fira merupakan ibu kota dari Santorini. Karena menyandang predikat
ibu-kota, fasilitas di Fira yang paling lengkap. Segalanya ada mulai dari
hotel, hostel, privat villa, café, museum, travel agent, rental mobil/motor,
toko souvenir, sampai Carrefour yang berjarak hanya 5 menit berjalan kaki dari
Terminal Bus Fira.
Jalanan di Fira
mirip seperti labirin. Antara gang satu mirip dengan yang lain sampai saya
beberapa kali tersasar. Tapi setelah berhasil melewatinya, saya bisa menikmati
pemandangan cantik Fira dari kejauhan. Didominasi bangunan putih tanpa genteng
yang berdiri kokoh di pinggir tebing. Konon dibuat sedemikan rupa agar tahan
gempa. Sedangkan di cat bewarna putih supaya mudah memantulkan cahaya matahari
sehingga ruangan di dalamnya tetap dingin sekalipun tanpa pendingin udara.
Karena memang rata-rata toko dan restoran di Santorini tidak berpendingin udara.
Fira, Santorini
Setelah
berjalan keluar dari Fira, sampailah saya di sebuah desa kecil bernama
Firostefani. Kalau dibandingkan dengan Fira, Firostefani lebih terkesan
eksklusif dan lebih sepi turis. Jalanannya juga terlihat lenggang disertai
suasana desa yang tenang. Bangunan disana masih mirip-mirip seperti di Fira.
Didominasi bangunan putih tanpa genteng menghadap kaldera serta sebuah gereja
biru (blue dome church) khas
Santorini di ujung kiri desa. Ternyata, blue
dome church di Firostefani ini yang paling sering dijadikan gambar postcard selain blue dome church yang banyak terdapat di Oia.
Firostefani, Santorini
Blue dome
church di Firostefani
Dari
Firostefani, trekking dilanjutkan
menuju Imerogvili sebelum akhirnya sampai di Oia. Sama halnya dengan
Firostefani, Imerogvili juga berupa desa kecil eksklusif sehingga tidak seramai
Fira atau Oia. Karena diburu-buru waktu, saya tidak berlama-lama di Imerogvili
dan segera bergegas menuju Oia.
Berjalan
mendekati Oia, hiruk pikuk keramaian turis sudah tampak dari kejauhan. Semua orang
seakan berlomba-lomba mendapatkan posisi terbaik untuk mengabadikan momen sunset legendaris di Oia, walaupun
matahari baru akan terbenam sekitar 1 jam lagi.
Oia, Santorini |
Hampir semua
tempat di Oia bisa digunakan untuk menikmati sunset asalkan menghadap langsung ke kaldera. Namun favorit saya
berada pada sebuah benteng tua (old
castle) di ujung paling kanan Oia, yang posisinya sedikit menjorok ke laut.
Dari sana saya bisa mendapatkan pemandangan spektakuler matahari terbenam
dengan latar bangunan putih khas Yunani berselimut cahaya senja keemasan.
Inilah yang disebut breathtaking view,
melihat pemandangan yang saking indahnya sampai hati tercekat dan sulit
bernapas.
Sunset di Santorini
Sunset di Santorini
Pelan namun
pasti, sang mentari kemudian berangsur-angsur kembali ke peraduannya.
Menyisakan kegelapan malam yang kini diterangi cahaya rembulan bersama kelap
kelip lampu neon di kejauhan. Seketika kami semua bertepuk tangan, mengucap
syukur atas pertunjukkan agung Sang Pencipta. Dan berakhir pula petualangan
saya meniti kaldera dari Fira menuju Oia.
Suasana malam hari di Oia, Santorini
Instagram : @williamkellye
Engineer / Traveler / Diver / Travel Blogger
Tidak ada komentar:
Posting Komentar