Kalau bukan karena bucketlist mengunjungi 10 negara ASEAN, mungkin saya tidak akan pernah menginjakkan kaki di Brunei Darussalam. Berhubung sedang ada promo free seat Airasia dan kehabisan ide mau kemana yang murah untuk weekend getaway, maka dipilihlah Brunei Darussalam. Berangkat Jumat malam sehabis ngantor, pulang Minggu sore. Tiket Jakarta-KL seharga Rp. 325,000 PP ditambah KL-Brunei seharga Rp. 755,000. Total sejutaan sudah sampai Brunei! Thanks Airasia, now everyone can fly (with affordable price)
Saat berkunjung ke Brunei sejujurnya saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa. Informasi wisata dan blog2 tentang negara ini juga kurang banyak beredar di internet. Akhirnya saya putuskan hanya untuk keliling downtown-nya saja karena malas browsing terlalu detail. Sempat kepikiran sih untuk daytrip ke the Empire Hotel and Country Club atau Ulu Temburong. Tapi tidak jadi karena lokasinya kejauhan dan tidak yakin ada publik transportasi kesana. Alhasil 2 hari di Brunei saya habiskan dengan keliling di pusat kotanya dan saya cukup puas dengan keputusan ini
AKOMODASI
Entah mengapa harga hotel-hotel di Brunei mahal-mahal. Apalagi yang di daerah downtown, tidak ada yang dibawah IDR 1,000,000. Biasanya kan typical negara ASEAN kita akan lebih mudah mencari hotel budget di pusat kota seperti di Thailand, Malaysia, dan Filipina. Akhirnya saya memilih menginap di hostel saja karena malas keluar duit segitu banyak. Secara saya lagi solo traveling jadi tidak ada teman untuk sharing cost.
Lucunya saya hanya menemukan 2 hostel di seantero Brunei. Saya pilih menginap di Co. Living Hostel derah Gadong. Harga per malamnya IDR 150,000 untuk 1 kamar berisi 4 bed, sudah termasuk free breakfast. Lokasinya memang bukan persis di pusat kota namun paling tidak hostel ini sudah dilalui rute bus umum sehingga gampang kemana-mana. Overall B aja nilainya.
TRANSPORTASI
Kemana-mana saya naik bus umum. Dari bandara ke hostel. Dari hostel ke downtown Bandar. Rutenya sudah menjangkau mana-mana dengan waktu tunggu 15-30 menit.
Bus di Brunei berukuran tanggung, tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil. Yang pasti tidak sebesar metromini atau bus pada umumnya. Sedikit lebih panjang dari minivan. Seluruh busnya sudah dilengkapi dengan pendingin ruangan dan seorang kenek perempuan. Jauh-dekat BND 1 Brunei.
Sayangnya bus di Brunei tidak beroperasi 24 jam. Pukul 5 sore sudah jarang ada bus. Pukul 6 malam sudah tidak ada lagi. Solusinya naik taksi yang tarifnya mahal banget.
DAY 1
BRUNEI INTERNATIONAL AIRPORT
Sabtu pagi saya tiba di Brunei International Airport setelah semalam sebelumnya transit di Kuala Lumpur. Untuk weekend getaway trip semacam ini, saya biasanya memang mengambil penerbangan malam dari Jakarta ke Kuala Lumpur lalu dilanjut penerbangan pagi di keesokan harinya. Dengan cara seperti ini saya yang hanyalah "mas-mas kantoran" bisa sering liburan tanpa perlu menghawatirkan jatah cuti yang terbatas.
Brunei International Airport ini terlihat modern dengan eksterior dan interior yang keren. Sekalipun ini hari Sabtu bandara di Brunei ini tampak lenggang baik di terminal kedatangan dan keberangkatan. Persis di samping bandara berdiri sebuah masjid besar yang megah. Suasanya islami langsung terasa kental dan hati menjadi damai.
DOWNTOWN BANDAR
Setelah beres check in di hostel saya naik bus ke Terminal Bandar untuk menjelajahi tempat-tempat turis yang rata-rata berlokasi di sekitaran terminal. Jaraknya tidak terlalu jauh antara satu tempat dengan lainnya sehingga saya kemana-mana cukup dengan jalan kaki.
OMAR ALI SAIFUDDIEN MOSQUE
Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Masjid Omar Ali Saifuddin. Masjid ini dibangun tahun 1958 dan namanya diambil dari sultan ke-28 Brunei Darussalam. Masjid bergaya Mughal dan Malay ini sering disebut-sebut masjid paling indah se-Asia raya dengan minaretnya yang terbuat dari marmer dan kubah emasnya.
KAMPONG ANYER
Kampong Ayer atau water village merupakan area permukiman warga di pinggiran sungai. Sejak lama sering dikenal juga dengan sebutan "Venice From East" dan jadi atraksi wisata andalan di Brunei Darussalam. Cara terbaik untuk menikmatinya adalah dengan menyewa perahu atau water taxi yang banyak tersebar dengan harga terjangkau.
DOWNTOWN BANDAR STREET MARKET
Setiap malam minggu, jalanan di sekitaran Masjid Omar Ali Saifuddin disulap menjadi street market dadakan yang menjual beragam barang mulai dari makanan, minuman, dan pakaian. Mungkin ini satu-satunya hiburan malam di Brunei karena alkohol dan hiburan malam dilarang. Alkohol haram diperjual-belikan di Brunei kecuali kita membawa sendiri untuk konsumsi pribadi.
DAY 2
JAME ASR SULTAN HASSANIL BOLKIAH MOSQUE
Hari kedua di Brunei saya hanya berencana untuk mengunjungi masjid ikonik lainnya di Brunei setelah Masjid Omar Ali Saifuddin, yaitu Masjid Asr Sultan Hassanil Bolkiah. Masjid ini merupakan hasil wakaf dari sultan ke-29 Brunei : Sultan Hassanil Bolkiah. Dibangun tahun 1994, Masjid Hassnil Bolkiah ini memiliki 29 kubah emas dan 4 minaret setinggi 58 m. Tidak hanya eksteriornya yang terlihat elegan, interior dalamnya juga sangat "mewah", mengingatkan saya akan Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi yang sama-sama mentereng.
Akhirnya Masjid Sultan Hassanil Bolkiah ini menjadi penutup perjalanan saya selama di Brunei Darussalam. Overall saya senang-senang saja disana karena kota Bandar Seri Begawan tenang, nyaman, dan walkable. Cocok untuk menjadi tempat tinggal karena teratur dan tidak semrawut. Kalau ada kalau ada negara yang cocok untuk destinasi weekend getaway, Brunei jawabannya! Negara loh ya, bukan kota.
Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/
#Europe #Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #Brunei #Bruneidarussalam #Sultanhassanilbolkiah #Kampongayer