Semenjak membaca artikel seorang travel blogger kondang ibu kota mengenai
Pulau Moyo, saya langsung kepingin untuk mencoba trekking di hutan perawannya
serta berenang di air terjunnya yang tersohor. Beruntung sahabat jalan saya juga sepakat kalau Pulau Moyo memang bagus-bagus amat, maka berangkatlah segera kami kesana.
Ada banyak jalan menuju Roma, ada banyak jalan pula menuju Pulau
Moyo. Cara termudah adalah dengan naik pesawat kecil dari Lombok menuju Sumbawa
Besar, lalu dilanjut naik kapal rakyat ke Pulau Moyo. Bisa juga naik bus
dari Lombok ke Pelabuhan Kayangan, kemudian menyebrang menggunakan ferry menuju
Pelabuhan Pototano dan dilanjut menuju Sumbawa Besar untuk mengejar
kapal tujuan Pulau Moyo.
Sementara saya lebih memilih untuk ikutan sailing komodo trip selama 4 hari 3 malam, berangkat dari Pelabuhan Bangsal,
Lombok, dan berakhir di Labuan Bajo, Flores, yang dalam jadwalnya sudah termasuk kunjungan ke Pulau Moyo. Menurut saya cara ini paling efisien mengingat kita
tidak perlu repot-repot berganti alat transportasi dan juga tidak perlu
pusing mengurus akomodasi karena selama berlayar akan tinggal di atas kapal.
Setelah semalam suntuk berlayar, tibalah kami di daratan Pulau Moyo. Terletak di utara Pulau Sumbawa, Pulau Moyo
menawarkan suasana tenang dan tentram. Bentang alamnya masih belum
terjamah, masih sangat alami, dengan sebuah air terjun cantik yang konon
merupakan alasan utama para selebritas dunia datang ke Indonesia, sebut saja
Lady Diana, Mick Jagger, Maria Sharapova, dan David Beckham.
Oleh warga setempat, air terjun tersebut diberi nama Air Terjun Mata Jitu yang berarti air yang tepat jatuh ke bawah
kolam. Bentuknya berundak - undak, dengan beberapa laguna kecil di tiap
tingkatan sehingga airnya jatuh ke tiap laguna sebelum berakhir di kolam yang paling besar. Di bagian puncak air terjun, terdapat seutas tali untuk bermain ayunan bak seorang Tarzan dengan sebuah kolam cukup dalam di bagian bawahnya.
Sudah jauh-jauh datang ke Pulau Moyo, sayang rasanya kalau tidak sekalian
mampir ke Pulau Satonda yang jaraknya hanya sepelemparan batu. Untungnya Pulau
Satonda juga masuk dalam jadwal acara sailing komodo trip kami, jadi tidak perlu ribet memikirkan transportasi kesana.
Tidak sampai 2 jam, kapal kami sudah tiba di Pulau Satonda. Hamparan terumbu
karang terlihat jelas dari atas kapal saking beningnya perairan disana. Kami pun tidak sabar untuk segera menjajal keindahan bawah laut Pulau
Satonda yang disebut-sebut sebagai World Class
Snorkeling Spot. Dan ternyata memang benar, terumbu karangnya sangat cantik dan ramai melambai. Ikannya juga banyak dan ramai seperti di pasar,
membuat kami berulang kali berdecak kagum.
Tidak jauh dari bibir pantai Pulau Satonda, terdapat sebuah danau air asin yang
konon memiliki kadar salinitas lebih tinggi dari air laut pada umumnya. Sehingga tanpa
berenang pun sudah bisa mengambang dan tidak tenggelam. Kami lalu iseng mencicipi rasa air danaunya dan ternyata memang benar sangat asin. Menurut para peneliti, sebetulnya danau
di Pulau Satonda dulunya berair tawar seperti danau kebanyakan. Namun letusan
maha dahsyat Gunung Tambora pada tahun 1815 menyebabkan tsunami besar dan mengubahnya
menjadi danau air asin seperti sekarang.
Dan salah satu cara untuk mendapatkan pemandangan terbaik Pulau Satonda
adalah dengan mengikuti jalan setapak menuju puncak bukit tertinggi. Dari atas
sana, pemandangan spektakuler danau dapat terlihat jelas, begitu juga warna biru
Laut Sumbawa yang menawan.
Instagram : @williamkellye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar