Sabtu, 06 Januari 2018

JALAN - JALAN DI INDIA PART 3 : JAIPUR

Jaipur menjadi kota terakhir yang saya kunjungi dalam solo traveling trip ke India kali ini. Kota ini menjadi kota terbesar sekaligus ibu kota Propinsi Rajashtan. Jaraknya hanya 268 km dari New Delhi atau 246 km dari Agra, sehingga ketiga kota tersebut sering disebut destinasi "Golden Triangle".

Jaipur juga terkenal dengan sebutan the "Pink City" karena banyak bangunan di dalam pusat kotanya di cat bewarna pink, simbol dari keramahan (hospitality). Pengecetan kotanya menjadi warna pink dilakukan tahun 1876 untuk menyambut kunjungan Raja Inggris dan Ratu Victoria ke Jaipur.



AGRA KE JAIPUR


Dari Agra saya lagi-lagi naik sleeper train menuju Jaipur. Kali ini saya sedikit beruntung karena dapat tiket kereta kelas 2 yang cukup nyaman dibuat tidur dan istirahat selama 5 jam perjalanan ke Jaipur. Harga tiket keretanya INR 747. 

Karena berangkat pukul 6 sore, saya baru tiba di stasiun kereja Jaipur pukul 11 malam. Sebetulnya saya cukup was-was naik tuk-tuk malam-malam, seorang diri, dari stasiun ke hostel sekalipun naik prepaid tuk-tuk. Tapi untungnya ketakutan saya tidak terbukti. Saya diantar persis sampai depan hostel dan so far aman-aman saja.


AKOMODASI DI JAIPUR


Saya menginap di Zostel Jaipur dengan harga per bed, per malamnya IDR 550 atau IDR 110,000. Lokasinya super strategis, di pusat kota, hanya 8 menit jalan kaki ke Hawa Mahal. Kamarnya bersih, ber AC, meskipun kamar mandinya sharing di luar. Ada dapur, ruang makan outdoor, smoking room, common room, lengkap pokoknya.

Resepsionisnya juga friendly dan helpfull. Memberikan saya peta gratis serta banyak tips and tricks cara menawar tuk-tuk agar tidak kena scam. Dengan servis yang baik pantas saja jika Zostel di Jaipur ini pernah dinobatkan sebagai hostel terbaik di India tahun 2015 dan 2017.


DAY 4
JAIPUR CITY TOUR


Sebetulnya saya hanya punya waktu efektif 1 hari saja di Jaipur karena dini hari nanti saya sudah harus ke bandara mengejar pesawat balik ke Indonesia. Agak dilema karena ada banyak sekali tempat menarik di Jaipur, lebih banyak ketimbang di Agra maupun New Delhi. Oleh sebab itu saya hanya memilih tempat best of the best di Jaipur versi saya mengingat keterbatasan waktu.
  1. Hawa Mahal
  2. Amber Fort
  3. Jal Mahal
  4. Nahargarh Fort

HAWA MAHAL


Hawa Mahal atau dikenal dengan The Palace of Winds adalah sebuah istana yang dibangun tahun 1799 dengan warna serba pink. Istana 5 lantai ini memiliki 953 jendela kecil disebut "jharokas" yang digunakan para perempuan keluarga kerajaan untuk mengintip kehidupan di luar istana tanpa harus takut terlihat dari luar. Menurut saya spot terbaik untuk menikmati keindahan Hawa Mahal bukan dari dalam istana tapi justru dari rooftop restoran yang berada persis diseberangnya.




AMBER FORT / AMER FORT


Terletak 11 km di luar kota Jaipur, Amber Fort merupakan istana/benteng yang dibangun tahun 1592 dengan gaya arsitektur campuran antara Hindu dan Muslim. Amber Fort berada di puncak bukit sehingga jika ingin sampai ke atas sana pilihannya ada 2: jalan kaki atau naik gajah. Tentu saya memilih jalan kaki karena lebih murah dan lebih sehat (aslinya sih karena duitnya sudah hampir habis, hehe). Hati-hati saja dalam melangkah karena disana banyak ranjau gajah yang ukurannya besar-besar.






JAL MAHAL / WATER PALACE


Dalam perjalanan balik dari Amber Fort ke kota Jaipur, saya sempatkan untuk mampir sebentar ke Jal Mahal atau sering disebut juga Water Palace. Seperti namanya, istana ini berdiri megah di tengah Danau Man Sagar sehingga terlihat seperti mengapung. Untuk masuk kesana kita mesti naik perahu.




NAHARGARH FORT


Sore harinya saya naik tuk-tuk ke Nahargarh Fort, sebuah benteng yang dibangun tahun 1734. Kata orang-orang spot sunset terbaik di Jaipur adanya di Nahargarh Fort, makanya saya bela-belain naik tuk-tuk 1 jam kesana. Tapi tidak sia-sia kok usahanya karena sunset disana memang betulan keren walaupun agak sedikit ketutupan awan. Sepi lagi tidak banyak turis.


SUMMARY SOLO TRAVELING DI INDIA


Secara keseluruhan saya sangat menikmati waktu saya selama berada di India. India tidak sekumuh, sejorok, dan semrawut seperti yang banyak orang kira. Nyatanya tempat wisata disana keren-keren, bersih, dan terawat. Aksesnya juga terbilang mudah. Baik di dalam kotanya maupun antar propinsi. Makanan India juga enak-enak dengan bumbu yang berani. Cocok di lidah orang Indonesia. Asiknya lagi rata-rata orang India bisa berbahasa Inggris standar sehingga memudahkan komunikasi

Kata orang setelah mengunjungi India “you will either hate it or love it”.  Nothing in between. Ada yang kapok, ada yang sebel, tapi ada juga yang jatuh cinta dengan India. Sedangkan bagi saya, India terlalu indah untuk dilewatkan. I love it and I would love to come back again one day.
Solo traveling di India aman kok. You should try it too.




- THE END -


Kamis, 04 Januari 2018

JALAN - JALAN DI INDIA PART 2 : AGRA

Sudah 4 jam lamanya saya menunggu kereta tujuan Agra tiba di stasiun kereta Charbagh Lucknow. Rasanya sudah tidak terhitung berapa banyak kereta yang datang silih berganti. Rata-rata kereta yang lewat penampilannya lusuh, tidak terawat, catnya banyak yang terkelupas, dan bocel sana sini.

Dalam hati, saya membatin, semoga kereta tujuan Agra nanti tidak busuk-busuk amat mengingat saat itu yang tersisa hanya tiket sleeper train Air Conditioner 3-Tier (3 AC) dan dengan amat terpaksa saya harus membelinya. Pinginnya sih membeli tiket kereta First Class atau Second Class tapi apa daya, saat itu sudah habis terjual.


Sekedar informasi, ada 6 tipe kelas di kereta India:

1. Air Conditioner First Class (1 AC)
Kelas tertinggi. Paling mahal, paling mewah. Dalam 1 gerbong biasanya hanya memuat 18-24 penumpang dengan 1 kabin terdiri dari 2 bed atau 4 bed (2 atas, 2 bawah)

2. Air Conditioner Second Class (2 AC)
Kelas di bawah First Class tapi paling banyak dijumpai di kebanyakan kereta di India. Dalam 1 kabin terdiri dari 4 bed (2 atas, 2 bawah) di kiri dan 2 bed (1 atas, 1 bawah) di kanan. 

3. Air Conditioner 3-Tier (3 AC)
Kelas ekonomi/kelas tiga. Dalam 1 kabin terdiri dari 6 bed (2 atas, 2 tengah, 2 bawah) di kiri dan 2 bed di kanan (1 atas, 1 bawah). Rata-rata 1 gerbong memuat 64-72 penumpang.

4. AC - Chair Class (CC)
Tipe kereta pada umumnya. Dengan pengaturan bangku seperti di pesawat/bus. Dalam 1 row terdapat 2 bangku di kiri, 3 bangku di kanan. Pilihan tepat jika kota tujuan tidak terlalu jauh.

5. Sleeper Class (SL)
Sama seperti Air Conditioner 3-Tier (3 AC) cuman bedanya Sleeper Class ini tidak berpendingin udara. Ada 6 bed di kiri dan 2 bed di kanan.

6. 2nd Class (2S) Unreserved Seating
Dikenal juga dengan sebutan unreserved class dan merupakan kelas paling murah. Karena tempat duduknya terserah, penumpangnya bebas duduk dimana pun, termasuk di atas lantai. Biasanya paling ramai sampai-sampai 1 gerbong bisa penuh dengan manusia.

Begitu kereta tujuan Agra tiba, mulanya saya agak sanksi melihat penampilan eksteriornya. Tapi begitu melihat interior di dalam gerbong kelas 3 (3 AC) saya sedikit lega. Masih acceptable lah. Malah cukup nyaman buat tidur selama 6 jam perjalanan dari Lucknow ke Agra.


AKOMODASI DI AGRA


Saya menginap di Zostel Agra, jaringan hostel cukup terkenal di India. Harga per malamnya INR 400 atau IDR 80,000. Selain reputasinya cukup bagus, Zostel Agra ini lokasinya cukup strategis, hanya 1.5 km dari pintu masuk timur Taj Mahal. Jadi kalau ke Taj Mahal tinggal jalan kaki saja. Di samping itu restoran hostelnya bersih, menunya bervariasi, dan harganya murah meriah. Saya memang agak "picky" untuk urusan makanan di India agar terhindar dari diare atau "Delhi Belly". Untungnya selama disana saya sehat-sehat saja.


DAY 2
STASIUN AGRA CANTT


Tiba di Agra Cant saya langsung menuju konter prepaid taksi untuk memesan taksi ke Zostel Agra. Prepaid taksi merupakan solusi transportasi untuk para traveler di India karena harganya jelas dan sudah diatur pemerintah. Jadi tidak bakal kena scam atau kena tipu. Saya pribadi lebih suka naik prepaid taksi ketimbang harus tawar menawar tuk-tuk di pinggir jalan.


AGRA, INDIA


Beres check in, mandi, sarapan, dan meletakkan barang-barang di hostel, saya memesan taksi untuk mengunjungi 3 tempat di Agra: Mehtab Bagh, Baby Taj Mahal, dan Fatehpur Sikri. Spesial untuk Taj Mahal memang saya agendakan untuk keesokan paginya karena lebih sepi sekaligus ingin menikmati moment sunrise disana.

MEHTAB BAGH


Tujuan pertama adalah Mehtab Bagh. Sebuah taman diseberang Taj Mahal yang dipisahkan oleh Sungai Yamuna. Dulunya Shah Jahan (Mughal Emperor) ingin membangun Black Taj Mahal di area Mehtab Bagh namun sayangnya dia keburu dipenjara oleh anaknya sendiri sebelum pembangunan Black Taj Mahal sempat dimulai.

Saya pribadi suka sekali taman di Mehtab Bagh ini. Tempatnya tidak touristy sehingga lebih sepi turis ketimbang Taj Mahal. Sekalipun saya datang kesana siang-siang, hanya ada saya dan 3 orang pengunjung lainnya. Jadi berasa taman milik pribadi.





BABY TAJ MAHAL


Dari Mehtab Bagh, tujuan berikutnya Baby Taj Mahal. Dalam bahasa lokal sering disebut juga Tomb of I'timad-ud-Daulah dan sejatinya merupakan sebuah makam (tomb) untuk keluarga Shah Jahan. Dibangun tahun 1628, Baby Taj Mahal menjadi inspirasi pembangunan Taj Mahal yang skalanya jauh lebih besar.




FATEHPUR SIKRI


Terakhir saya mengunjungi Fatehpur Sikri. Suatu tempat berjarak 40 km dari Agra yang dulunya "Holy Man" bernama Shaikh Salim Chrishti pernah tinggal. Alkisah Raja Akbar (Mughal Emperor) tidak juga dikaruniai anak laki-laki untuk meneruskan tahta kerajaan. Hingga akhirnya dia berkonsultasi dengan "Holy Man" yang kemudian meramalkan kelahiran anak laki-laki (Jahangir, bapaknya Shah Jahan) penerus kerajaan.

Tak lama berselang, ramalan tersebut menjadi kenyataan. Saking senangnya, Raja Akbar memindahkan ibu kota Kerajaan Mughal ke Fatehpur Sikri dan membangun 3 istana disana. 1 istana untuk istrinya yang beragama Islam, 1 istana untuk istrinya yang beragama Kristen, dan 1 istana untuk istrinya yang beragama Hindu.

Sayangnya Fatehpur Sikri hanya sebentar menjadi ibu kota Kerajaan Mughal. Dari tahun 1572-1585 sebelum akhirnya dipindahkan ke New Delhi. Konon katanya, krisis air menjadi faktor utama penyebab ditinggalkannya Fatehpur Sikri.







SUNSET TAJ MAHAL


Sore harinya saya direkomendasikan orang hostel untuk menikmati sunset dari pinggir sungai Yamuna di samping Taj Mahal. Spotnya gratis tidak dipungut biaya. Lumayan lah view-nya walaupun kurang begitu spektakuler.




DAY 3
TAJ MAHAL


Pukul 4.30 pagi, alarm saya sudah berbunyi. Saya segera bersiap untuk menuju Taj Mahal dan buru-buru mengantri agar bisa menjadi segelintir orang pertama yang masuk ke Taj Mahal. 

Konon katanya bagi pasangan yang berfoto selfie di Taj Mahal, cinta mereka akan kekal abadi. Sementara saya, dasar jomblo traveler, malah sibuk cari orang untuk bantuin foto diri.). Tapi karena datangnya terlalu dan masih sepi, saya malah jadi sibuk mencari permukaan datar untuk meletakkan kamera dan pasang timer.

Anyway Taj Mahal sendiri memang bagus-bagus amat. Dibangun tahun 1632, Taj Mahal merupakan sebuah makam yang dibangun oleh Shah Jahan (Mughal Emperor) untuk istri tercintanya, Mumtaz Mahal, yang meninggal saat melahirkan anak ke 14. Nantinya Shah Jahan juga dimakamkan di Taj Mahal bersebelahan dengan makam Mumtaz Mahal.

Taj Mahal berdiri di area seluas 17 hektar yang terdiri dari masjid, guest house, Taj Mahal, dan taman indah di seklilingnya. Setiap tahun Taj Mahal dikunjungi 7-8 juta pengunjung. Kalau ke India tapi tidak kesana, duh sayang banget. Biarpun di cap touristy atau mainstream destination, ada sesuatu yang spesial mengenai Taj Mahal. Dan itu hanya bisa dirasakan jika kita berada disana. Megah, indah, dan Romantis mungkin 3 kata paling menggambarkan Taj Mahal.






DOWNTOWN AGRA


Dari Taj Mahal saya kemudian berkeliling downtown Agra mencari rooftop restaurant. Entah kenapa saya masih belum puas melihat Taj Mahal jadi saya lanjut menikmati keindahan Taj Mahal dari ketinggian sambil sarapan pagi. Sekalipun restorannya menawarkan view keren tapi dia tidak overcharged. Harga makanan dan minuman yang ditawarkan sama saja dengan restoran di pinggir jalan.






BABY TAJ MAHAL (LAGI) DAN AGRA FORT


Beres sarapan saya kembali lagi ke hostel untuk mandi dan bersiap-siap untuk check out karena sore harinya saya akan melanjutkan perjalanan naik sleeper train menuju Jaipur. Tapi sebelum itu saya masih punya waktu beberapa jam di Agra yang kemudian saya manfaatkan untuk mengunjungi Baby Taj Mahal (lagi) dan Agra Fort bersama teman-teman hostel. 

Total kami berlima, 1 dari Inggris, 1 dari Amerika, 2 dari India, dan saya dari Indonesia. Asiknya punya teman lokal asal India begini, saya tinggal duduk manis saja. Karena dia yang memesan tuk-tuk, menawar harga, menjadi translator, dan sesekali menjadi tour guide dadakan menjelaskan sejarah tiap tempat yang kami kunjungi berdasarkan hasil browsing di internet. Saya sih senang-senang saja, secara dapat teman jalan sekaligus tukang foto pribadi. Hehe.

Sekalipun baru kemarin saya berkunjung ke Baby Taj Mahal tapi kunjungan kali ini tetap , sama berkesannya. Mungkin karena di sepanjang kunjungan saya sibuk bercanda dengan teman-teman hostel dan kami membahas segala hal mulai dari what do and don't saat traveling di India, tips and trick supaya terhindar dari "Delhi Belly", macam-macam scam di India yang harus kamu tahu, hingga topik berat seperti India dan situasi politiknya.




Sementara di Agra Fort, lagi-lagi saya dibuat kagum dengan keindahan arsitektur dan kemegahan benteng serba merah ini. Dibangun antara tahun 1565-1573, Agra Fort dulunya menjadi tempat tinggal dinasti Mughal hingga tahun 1638 sebelum ibu kotanya dipindahkan dari Agra ke New Delhi. 

Benteng ini luar biasa luas (38 hektar) dan terdiri dari banyak ruangan dan bangunan di dalamnya. Perlu waktu 2 jam untuk kami menjelajahi setiap sudutnya. Dari satu titik tertingginya, dapat terlihat pemandangan kota Agra, Sungai Yamuna, dan Taj Mahal di kejauhan.






STASIUN AGRA CANTT


Dari Agra Fort saya kembali lagi ke hostel untuk chill out dan bersantai sambil menunggu jam keberangkatan kereta ke Jaipur. Saya sengaja berlama-lama di hostel karena "trauma" menunggu di stasiun seperti yang terjadi di Stasiun Charbagh Lucknow. Dimana saya harus berbagi tempat dengan sapi, kerbau, tikus, dan anjing. Yuck. 

Barulah 1 jam sebelum jadwal keberangkatan kereta saya memesan tuk-tuk menuju Stasiun Agra Cant. Kebetulan teman sekamar hostel juga mau menuju stasiun kereta, saya ajak saja untuk patungan tuk-tuk. Lumayan, saya jadi hanya perlu membayar INR 50 saja. Kemudian sampai di stasiun kami harus berpisah karena mereka lanjut menuju New Delhi sedangkan saya ke Jaipur.
Bye-bye Agra, hello Jaipur.




- BERSAMBUNG -


JALAN - JALAN DI SEOUL KOREA - PART 1

Kalau ditanya pilih Jepang atau Korea, saya pilih Jepang. Tapi kalau ditanya pilih Tokyo atau Seoul, jelas saya pilih Seoul! Saya bukan...