Senin, 24 Oktober 2016

Jalan - Jalan di Roma, Italia

Roma menjadi kota penutup dalam perjalanan Euro Trip kali ini. Disebut-sebut sebagai kota abadi, Roma dibangun sejak 753 BC dan menjadi pusat dari Roman Kingdom (753-509 BC), Roman Republic (509-27 BC), dan Roman Empire (27 BC-285 AD), sebelum menjadi ibukota Italia di tahun 1946.

Tidak ada Euro Trip yang komplit tanpa kunjungan ke Roma, Italia. Dengan nuansa arsitektur Romawi yang kental, kemana pun kaki melangkah kita seakan berjalan di masa lampau saat kejayaan bangsa Romawi kuno berlangsung. 3 hari 2 malam rasanya sudah lebih dari cukup untuk berjalan-jalan di Roma mengingat kotanya tidak besar-besar amat dan banyak objek wisatanya berdekatan jadi cukup jalan kaki kemana-mana.

EURO TRIP 2016 - PART 1 : 15 HARI, 6 NEGARA
EURO TRIP 2016 - PART 2 : JALAN - JALAN DI KUALA LUMPUR DAN AMSTERDAM
EURO TRIP 2016 - PART 3 : JALAN - JALAN DI PARIS
EURO TRIP 2016 - PART 4 : JALAN - JALAN DI SANTORINI
EURO TRIP 2016 - PART 5 : JALAN - JALAN DI ATHENA
EURO TRIP 2016 - PART 6 : JALAN-JALAN DI FLORENCE, PISA, DAN CINQUE TERRE
EURO TRIP 2016 - PART 7 : JALAN-JALAN DI ROMA, ITALIA

FLORENCE KE ROMA


Dari Florence saya kembali naik kereta cepat Le Frecce seharga EUR 19. Jarak 273 km antara Florence dan Roma dapat ditempuh hanya dengan 1.5 jam saja. Keretanya nyaman, bersih, dan on time. Sekalipun melaju dengan kencang tapi guncangannya sama sekali tidak terasa jadi saya bisa tidur nyenyak selama perjalanan.

Setiap kali akan naik kereta di Italia pastikan untuk datang 15-20 menit lebih awal. Di setiap stasiun pasti ada layar monitor besar yang menampilkan nomor kereta, jam kedatangan, dan nomor peronnya. Jadi selama kita pantau terus layar monitor besar tersebut harusnya aman-aman saja dan tidak akan ketinggalan kereta. Pengecekan tiket akan dilakukan beberapa saat setelah kereta jalan meninggalkan stasiun.

AKOMODASI DI ROMA


Demi kepraktisan dan efisiensi saya memilih akomodasi dekat Stasiun Termini. Sayangnya tidak semua area di sekitara Termini merupakan daerah aman. Ada beberapa sudut yang rawan tindak kriminal. Makanya saya betul-betul membaca review tiap penginapan di area Termini sebelum akhirnya memilih Hotel Albergo Marechiaro seharga IDR 1,400,000 per malam yang berjarak 300 m dari Terminal Termini.

Selain berlokasi strategis, hotel ini dikelilingi banyak restoran India halal dengan menu yang cocok di lidah orang Indonesia. Favorit saya lamb muton plus nasi hangat yang kalau dimakan bersama enak banget. Hampir setiap hari saya langganan makan disana karena bosan dengan sandwich dan burger.



DAY 13
COLOSSEUM


Setiap musim panas matahari terbit lebih awal dan terbenam larut. Selama trip di Eropa kali ini rata-rata hari mulai gelap sekitar pukul 9-10 malam. Sementara saat itu saya lagi doyan-doyannya foto-foto long exposure. Alhasil saya sering begadang demi bisa foto-foto night mode termasuk saat di Roma.

Kebetulan saya tiba di Roma sore hari Florence sehingga tidak perlu menunggu gelap terlalu lama. Dari Termini saya cukup naik metro line B turun di stasiun Colosseo. Begitu keluar stasiun akan langsung disambut bangunan megah Colosseum yang telah berusia hampir 2,000 tahun. Malam itu saya memang tidak berencana masuk ke dalam Colosseum karena besok akan kesana lagi. Jadi hanya foto-foto di pelatarannya saja. Asiknya tidak ada turis berkeliaran malam itu sehingga Colosseum-nya berasa milik pribadi.



DAY 14
VATICAN


Pagi-pagi sekali saya sudah bersiap dan bergegas menuju Vatican demi menghindari keramaian turis di siang hari. Vatican termasuk ke dalam negara terkecil di dunia dengan luas 44 hektar dan dipimpin oleh seorang Paus. Ada 3 tempat yang wajib dikunjungi selama berada di Vatican, yaitu St. Peter's Basilica, Sistine Chapel, dan Vatican Museums.

St. Peter's Basilica yang bergaya Renaissance merupakan gereja terbesar di dunia. Sementara Vatican Museums menyimpan 70,000 karya seni termasuk beberapa lukisan masterpiece dari abad pertengahan, jaman Renaissance, juga beberapa patung dari jaman Romawi kuno. Terakhir Sistine Chapel adalah tempat tinggal official dari Paus dengan langit-langit yang dilukis oleh Michelangelo. Siapkan saja waktu setengah hari untuk dapat mengunjungi ketiganya.






CASTEL SANT'ANGELO


Dari Vatican rencananya saya akan lanjut ke Colosseum. Tapi sebelumnya mampir sebentar ke Castel Sant' Angelo karena searah. Castel Sant’Angelo atau Castel of the Holy Angel yang dibangun pada 123-139 AD merupakan mausoleum Kaisar Hadrian dan keluarganya sebelum beralih fungsi menjadi benteng dan kastil. Dulunya bangunan ini pernah menjadi bangunan tertinggi di Roma. Untuk masuk ke dalamnya kita mesti membayar EUR 10.5


COLLOSEUM


Setelah kemarin hanya foto-foto di halaman depan Colosseum, kali ini saya masuk ke dalamnya. Antrian masuknya lumayan panjang mengular namun petugasnya gesit melayani jadi tidak perlu menunggu terlalu lama untuk masuk.

Tiba di dalam Colosseum saya langsung terpukau akan kemegahan bangunannya. Dibangun antara 70-80 AD, Colosseum dulunya dipakai sebagai arena gladiator bertanding atau eksekusi bagi orang yang melanggar hukum dan bisa menampung hingga 80,000 orang di masanya.




ROMAN FORUM


Persis di sebelah Colosseum terdapat bangunan Romawi penting lainnya. Roman Forum namanya. Dulunya tempat ini merupakan pusat pemerintahan, politik, dan keagamaan saat jaman Romawi kuno. Beberapa reruntuhan masih tampak jelas menggambarkan fungsinya di masa lampau seperti bangunan senat, pengadilan, kompleks kediaman aristokrat, dan tempat ibadah. Lokasinya benar-benar luas dengan medan berbukit-bukit sehingga membuat kaki saya jadi pegal.





FONTANA DI TREVI


Dari Roman Forum saya lalu mengunjungi Trevi Fountain, air mancur paling populer di Roma dengan tinggi 26 m dan lebar 49 m, dibangun tahun 1762. Konon katanya barangsiapa yang melempar koin ke dalam Trevi Fountain, suatu saat dia akan kembali lagi ke Roma.




DAY 15
LAST DAY IN EUROPE


Akhirnya tiba juga hari terakhir dalam rangkaian Euro Trip kali ini. Tidak banyak yang dilakukan hari ini selain jalan-jalan di sekitaran Piazza Spagna yang terkenal dengan Spanish Step-nya dalam film Roman Holiday yang dibintangi oleh Audrey Hepburn. Lalu ke  gereja kembar di Piazza del Popolo sebelum kembali ke Terminal Termini dan naik bus seharga EUR 6 menuju Fiumicino Airport untuk bertolak ke Jakarta, Indonesia. Dan Euro Trip 2016 resmi ditutup.

PIAZZA SPAGNA



PIAZZA DEL POPOLO



Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/

#Europe #Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #Paris #Amsterdam #Santorini #Rome #Athens

- THE END -


Senin, 17 Oktober 2016

Karimun Jawa, Sepenggal Surga di Utara Laut Jawa

Karimun Jawa - Siapa yang tidak kenal si cantik di utara Laut Jawa ini. Sebuah gugusan pulau terbaik yang pamornya tidak kalah dari Bali dan salah satu destinasi paling favorit bagi sebagian besar orang untuk berlibur di akhir pekan.

Terletak di lepas pantai 83 km dari Jepara, akses menuju Karimun Jawa tidaklah sulit. Setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu terdapat Kapal Siginjai yang berangkat dari Pelabuhan Kartini di Jepara dengan lama tempuh sekitar 5 jam perjalanan. Sedangkan kapal Express Bahari beroperasi setiap hari Senin, Selasa, Rabu, dan Jumat dengan lama perjalanan lebih singkat, yakni hanya 2 jam perjalanan. Tapi jika ingin lebih cepat sampai, bisa naik Pesawat Susi Air dari Bandara Juanda di Surabaya atau Bandara Achmad Yani di Semarang.

Setiap kunjungan di Karimun Jawa pasti tidak akan lengkap bila belum menjajal keindahan bawah lautnya. Hanya dengan snorkeling saja sudah bisa melihat hamparan terumbu karang cantik bewarna-warni serta beragam jenis ikan karang berenang bebas. Ditambah dengan baiknya visibilitas dan beningnya perairan disana, seakan sedang berenang di akuarium SeaWorld raksasa. Paling tidak terdapat 4 snorkeling spot yang harus didatangi saat berada di Karimun Jawa, yaitu di Pulau Kecil, Pulau Tengah, Pulau Cemara Kecil, dan Pulau Menjangan Kecil.

Snorkeling di Karimun Jawa

Jika suka kegiatan ekstrim menguji nyali dan menantang keberanian, bisa dicoba untuk berenang bersama hiu. Tidak perlu repot sampai menyelam segala karena di Karimun Jawa terdapat 2 buah kolam sedalam 1.5 meter yang dihuni puluhan ekor hiu sirip hitam remaja. Meski katanya hiu disana sudah terbiasa dengan keberadaan manusia tapi tetap saja dibutuhkan keberanian tidak sedikit untuk sekedar merasakan sensasi berenang bersama hiu.

Berenang bersama hiu

Banyak yang bilang kalau Karimun Jawa itu Maldives-nya Indonesia. Bukan tanpa sebab, hamparan pasir pantainya yang putih halus bak bedak bayi, lalu dikombinasikan dengan perairan dangkal hijau toska dan biru tua laut dalam, benar-benar persis seperti di Maldives. Siapa yang bisa menahan godaan untuk tidak segera menceburkan diri di pantainya yang tidak berombak atau sekedar bersantai menikmati hari di bawah rimbunan pohon kelapa tak jauh dari bibir pantainya.

Karimun Jawa, Maldives-nya Indonesia

Aktifitas lain yang tidak boleh terlewat adalah melihat sunrise dan sunset. Ada begitu banyak spot yang bisa dipilih di sepanjang sisi barat dan timur pulau. Namun spot paling populer ada di Pantai Ujung Gelam untuk menikmati sunset sedangkan di Pantai Nirwana untuk sunrise. Tidak rugi rasanya harus bangun terlalu pagi atau sampai terlambat kembali ke penginapan demi bisa menikmati saat-saat ketika moment golden hours berlangsung.

Sunrise di Karimun Jawa

Walaupun Karimun Jawa identik dengan keindahan pantai dan bawah lautnya, tapi daratan pulaunya juga menarik untuk dijelajahi. Terdiri dari bukit-bukit tinggi, hutan belantara, hingga daerah konservasi hutan bakau. Bahkan dari salah satu puncak tertingginya (view point) dapat terlihat pemandangan spektakuler hamparan hutan hijau yang tampak menyatu dengan gradasi biru laut khas Karimun Jawa. Dan semua keindahan itu akan membuat siapapun setuju jika Karimun Jawa adalah sepenggal surga di utara Laut Jawa.

Bukit Cinta di Karimun Jawa

Instagram : @williamkellye

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah) #BlogJateng2016 #JatengGayeng

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ENGLISH VERSION

Karimun Jawa, a Piece of Heaven in North Java Sea

Karimun Jawa is still my favorite weekend getaway from Jakarta by far. Some people might think the access to this hidden paradise is quite hard, but hey, it’s easy though. Bus run daily from Jakarta to Jepara every night, so does the train to Semarang. Either way, you will arrive early in the morning, just enough time to catch the first Ferry or Fast Boat to the island.

Personally, I would prefer taking Bus to Jepara since it’s more comfortable and the Bus Station is just around the corner of the Pelabuhan Kartini. More convenient way, there is Susi Air departs from Semarang or Surabaya to Karimun Jawa, every Thursday and Friday.

Karimun Jawa, Indonesia

What to do on the island:
- Snorkeling, oh you must be amazed by the underwater beauty of Karimun Jawa. A lot of fish, healthy yet colorful corals, and really good visibility. November and December are the best months to visit the island as the weather is pretty nice. Avoid January when most of the trip in/out the island cancelled due to bad weather.
- Do "Art of Doing Nothing" on their white sand beaches, also famously known as Maldives from the east, then enjoy the spectacular view of turquoise and blue color Karimun Jawa ocean
- Swimming with the sharks *if only you have the gut. Believe me, it's not as easy as it looks. But after you swim with them for a while, your fear will be disappear and only fun remain.
- Simply enjoy the breathtaking sunrise and the sunset, then relax your mind. There is nothing like a beautiful sunset to end a lovely day.
- Rent a motor bike, then explore the island. Karimun Jawa isn’t merely a beach, you may also find hills, hidden tropical forests, to mangrove conservation areas. And the view from top of the hill is just spectacular.
- Last but not least, Be culinary adventurous, try local food on its daily "pop up" night street market.


Instagram : @williamkellye

Minggu, 16 Oktober 2016

Review 3 Universal Studios : Hollywood (USH), Singapore (USS), Japan (USJ)

Saya memang belum pernah berkunjung ke Universal Studios Orlando. Tapi paling tidak saya sudah pernah main di Universal Studios yang ada di Hollywood (USH), Singapura (USS), serta di Jepang (USJ). Dan dari semuanya Universal Studios Japan merupakan favorit saya.

Meski ketiganya menyandang nama besar Universal Studios tapi isi di dalamnya tidaklah sama. Sehingga pengalaman yang didapat juga pasti akan berbeda. Walaupun pada setiap Universal Studios manapun pasti akan ada atraksi dengan nama yang sama seperti Jurrasic Park, Transformer, dan Revenge of the Mummy, tapi eksekusi permainannya sedikit berbeda. Sebagai contoh atraksi Revenge of the Mummy di Universal Studios Hollywood (USH). Durasinya paling sebentar dengan panjang lintasan coaster terpendek daripada saudaranya di USS dan USJ. Akibatnya jadi kurang berasa magic momentnya meski alur ceritanya mirip-mirip. Begitu pula atraski Transformer dan Jurrasic Park di USH yang kurang greget dibandingkan yang ada di USJ dan USS.

Universal Studis Holywood

Bisa dibilang USH itu yang paling boring. Mungkin ini masalah selera, soalnya saya termasuk orang yang suka permainan ekstrim memacu adrenalin. Sedangkan atraksi di USH kebanyakan berupa acara live show dengan atraksi primadona Hollywood Tour dimana kita diajak untuk melihat beberapa studio film Hollywood betulan seperti lokasi syuting film desperate housewifes, lalu diakhiri dengan menonton pertunjukkan King Kong vs Dinosaurs secara 3D dan 360 derajat. Selebihnya atraksi di USH biasa saja.

Lokasi syuting film Desperate Housewife

Lokasi syuting film War of the World

Sementara Universal Studios Singapore, karena paling baru sehingga desain theme park-nya paling serius dan didukung teknologi kekinian. Permainan semacam Transformer, Revenge of the Mummy, serta Jurrasic Park-nya itu yang paling seru dan berdurasi paling lama. Jadi benar-benar puas. Kalaupun ada yang kurang itu karena belum adanya wahana The Wizarding World of Harry Potter (WWHP). Tapi atraksi lainnya banyak seru juga sehingga cukup untuk menutup kekurangannya. Sebut saja atraksi Canopy Flyer dan Battlestar Gallatica.

Universal Studios Singapore

  
Universal Studios Singapore

Beralih ke Osaka, Universal Studios Japan menawarkan thema park paling komplit. Area bermain luas, atraksi permainan beragam, diplay bangunan keren, sampai wahana Wizarding World of Harry Potternya (WWHP) yang melegenda. Kalau masuk ke WWHP pastikan mencoba menaiki Harry Potter and the Forbidden Journey yang menurut saya atraksi paling bagus sedunia. Bukan hanya efek thrill dari ridenya yang menegangkan tapi juga didukung efek visual memanjakan mata. Betul-betul menunjukkan penggunaan teknologi kekinian. Dan lagi di wahana WWHP juga banyak terdapat bangunan ikonik seperti yang ada di novel Harry Potter. Diantaranya restoran Three Broomstick, kedai Butterbeer, desa Hogsmeade, toko permen Honeydukes, kereta Hogwarts Express, toko tongkat sihir Ollivanders, toko lelucon Zonko, hingga kastil Hogwarts segala. Terlepas dari wahana WWHP yang juara banget, wahana lainnya juga tidak kalah seru. Beragam atraksi ekstrim menegangkan ada disana. Mulai dari The Amazing Adventures of Spider Man the Ride, Hollywood Dream the Ride & Backdrop, Jaws, dan The Flying Dinosaur. Tidak rugi rasanya kalaupun harus sabar mengantri karena memang atraksinya worth it untuk ditunggu.

Universal Studios Japan

Hogwarts Castle

 
Desa Hogsmeade


@williamkellye

Engineer / Traveler / Diver / Travel Blogger

Kamis, 13 Oktober 2016

Sepenggal Kisah di Taman Nasional Komodo Indonesia

Apabila ada seseorang bertanya mengenai destinasi favorit saya di Indonesia, dengan mudah saya akan menjawab Taman Nasional Komodo. Kenapa? Karena T. N. Komodo merupakan destinasi komplit. Segalanya ada disana, mulai dari pantai cantik berpasir putih, perbukitan eksotis, hingga alam bawah laut yang legendaris. Ditambah dengan habitat terakhir sang naga komodo, tidak salah jika T. N. Komodo terpilih sebagai salah satu dari the New Seven Wonder of Nature pada tahun 2007.

Cara terbaik menikmati pesona T. N. Komodo adalah dengan mengikuti sailing komodo trip yang berangkat dari Bangsal, Lombok menuju Labuan Bajo, Flores, sambil menyinggahi beberapa pulau terbaik Indonesia selama pelayaran. Saat itu saya tidak sendiri, ada 22 orang lainnya turut serta. Rata-rata merupakan turis asing yang sudah berbulan-bulan melakukan perjalanan keliling dunia dan kebetulan sedang berada di Indonesia. Dan tentu saja tidak henti-hentinya mereka bercerita betapa indahnya alam Indonesia.

Kapal Rainbow Bintang yang membawa kami berlayar

Bertolak dari Pelabuhan Bangsal, kapal kami lalu berlayar menuju surga tersembunyi Pulau Moyo. Sebuah pulau eksotis dengan bentang alam alami belum terjamah dan air terjun cantik di tengahnya yang konon menjadi alasan utama selebritas dunia seperti Lady Diana, Mick Jagger, dan David Beckham datang ke Indonesia.

Air Terjun Mata Jitu di Pulau Moyo

Kemudian berlanjut menuju Pulau Satonda yang dikenal akan keindahan danau air asinnya. Dulunya Danau Satonda berair tawar layaknya danau kebanyakan. Namun letusan dahsyat Gunung Tambora di tahun 1815 menyebabkan tsunami besar dan mengubahnya menjadi menjadi danau air asin seperti sekarang.

Danau Satonda

Dari Pulau Satonda kapal lalu bergerak ke arah timur menuju Gili Laba. Disanalah kami melakukan pendakian menuju puncak bukit tertinggi, melewati jalanan terjal berbatu diserjai tanjakan dan turunan curam. Namun usaha itu sebanding dengan pemandangan indah hamparan padang rumput luas berpadu dengan perairan dangkal hijau toska dan perairan laut dalam biru gelap yang terlihat jelas dari atas bukit.

Gili Laba Darat

Berikutnya kapal diarahkan menuju Manta Point untuk berenang bersama manta. Tidak hanya 1-2 ekor manta yang kami temukan disana, melainkan belasan ekor. Juga sekawanan black tip shark dan segerombolan ikan sarden. Beruntung cuaca cerah seharian dan arus laut tidak terlalu kencang sehingga kami tidak cepat lelah berenang mengejar manta.

Manta Point

Puas melihat manta, kami beralih menuju Pink Beach Komodo. Tempat ini disebut-sebut sebagai snorkeling spot terbaik di Indonesia, didominasi terumbu karang bewarna merah menyala serta ratusan jenis ikan berenang bebas. Sementara pantai Pink Beach sendiri merupakan pantai terindah yang pernah saya datangi. Dengan pesona pasir putih-kemerahan lembut bak bedak bayi serta gradasi biru laut menawan, membuat siapapun akan betah berlama-lama disana.

Pink Beach Komodo

Setelah Pink Beach maka tibalah hari yang ditunggu-tunggu, yaitu saat dimana kapal berlabuh di dermaga Pulau Komodo. Pagi itu kami melakukan trekking di tengah pulau mencari komodo sang naga terakhir. Rupanya tidak sulit mencari komodo di habitatnya karena baru berjalan sebentar, sudah tampak beberapa ekor komodo tengah asik bersantai di bawah pohon. Dan semakin jauh melangkah ke dalam hutan, semakin banyak pula komodo yang kami temui. Sayangnya hingga trekking berakhir kami tidak sempat bertemu komodo balita yang lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon karena takut dimangsa komodo dewasa. Namun kami tetap senang karena sudah berhasil melihat komodo langsung di alam liar.

Kodomo? No it is komodo, the dragon

Dari Pulau Komodo, kapal selanjutnya berlayar menuju destinasi terakhir, yaitu Pulau Padar. Terletak diantara Pulau Komodo dan Pulau Rinca, Pulau Padar menawarkan pemandangan iconic perbukitan eksotis yang menyatu dengan birunya Laut Flores. Dari puncaknya tampak 3 buah cekungan besar mirip danau dikelilingi hamparan pasir putih dan perairan dangkal hijau toska. Inilah yang disebut breathtaking view, melihat pemandangan yang saking indahnya sampai jadi sulit bernapas.

Pulau Padar

Dengan berakhirnya kunjungan di Pulau Padar maka berakhir pula pelayaran kami mengunjungi pulau-pulau terbaik Indonesia. Dimulai dari Pulau Moyo dan Pulau Satonda di Nusa Tenggara Barat hingga Gili Laba, Pulau Komodo, dan Pulau Padar di Taman Nasional Komodo. Meskipun terasa singkat tapi perjalanan ini kembali mengingatkan kami betapa indahnya bumi nusantara. Terima kasih Taman Nasional Komodo, terima kasih Indonesia. You are wonderful.


Instagram : @williamkellye
#AirportID #eijogja16

Senin, 10 Oktober 2016

Menembus Labirin, dari Fira menuju Oia (Santorini)

S for Santorini, my strongest motivation to travel to Greece.

Santorini merupakan sepenggal surga di tanah Yunani. Sebuah pulau terbaik di Kepulauan Cyclades, terletak dekat dengan Turki atau 30 menit naik pesawat dari Athena. Hingga kini belum banyak penerbangan langsung menuju Santorini. Kebanyakan masih berasal dari kota besar di Eropa Selatan seperti Roma, Athena, Barcelona, atau dari Istanbul. Tak heran jika diperlukan waktu, usaha, dan materi yang tidak sedikit bagi turis dari belahan dunia lain untuk sekedar menjejakkan kaki di surga dunia Santorini.

 
Oia, Santorini

Cara terbaik menikmati keindahan Santorini adalah dengan melakukan trekking dari Fira menuju Oia. Jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar 10 km atau dapat ditempuh 2-3 jam berjalan kaki. Rute ini sudah jamak dilakukan turis yang datang ke Santorini sehingga tidak perlu khawatir tersesat karena petunjuk arahnya sudah banyak dan jelas.

Umumnya para turis disana mulai melakukan trekking di pagi atau sore hari demi menghindari sengatan matahari yang tanpa ampun di siang hari. Karena memang, langit di Santorini selalu biru terang tanpa awan sehingga gampang membuat kulit gosong dan terbakar. Sementara saya lebih memilih berangkat di sore hari dengan harapan setibanya di Oia nanti, bertepatan dengan saat matahari terbenam.

Tepat pukul 4 sore saya memulai trekking dari Fira menuju Oia. Fira merupakan ibu kota dari Santorini. Karena menyandang predikat ibu-kota, fasilitas di Fira yang paling lengkap. Segalanya ada mulai dari hotel, hostel, privat villa, café, museum, travel agent, rental mobil/motor, toko souvenir, sampai Carrefour yang berjarak hanya 5 menit berjalan kaki dari Terminal Bus Fira.

Jalanan di Fira mirip seperti labirin. Antara gang satu mirip dengan yang lain sampai saya beberapa kali tersasar. Tapi setelah berhasil melewatinya, saya bisa menikmati pemandangan cantik Fira dari kejauhan. Didominasi bangunan putih tanpa genteng yang berdiri kokoh di pinggir tebing. Konon dibuat sedemikan rupa agar tahan gempa. Sedangkan di cat bewarna putih supaya mudah memantulkan cahaya matahari sehingga ruangan di dalamnya tetap dingin sekalipun tanpa pendingin udara. Karena memang rata-rata toko dan restoran di Santorini tidak berpendingin udara.

 
Fira, Santorini

Setelah berjalan keluar dari Fira, sampailah saya di sebuah desa kecil bernama Firostefani. Kalau dibandingkan dengan Fira, Firostefani lebih terkesan eksklusif dan lebih sepi turis. Jalanannya juga terlihat lenggang disertai suasana desa yang tenang. Bangunan disana masih mirip-mirip seperti di Fira. Didominasi bangunan putih tanpa genteng menghadap kaldera serta sebuah gereja biru (blue dome church) khas Santorini di ujung kiri desa. Ternyata, blue dome church di Firostefani ini yang paling sering dijadikan gambar postcard selain blue dome church yang banyak terdapat di Oia.

 
Firostefani, Santorini

Blue dome church di Firostefani

Dari Firostefani, trekking dilanjutkan menuju Imerogvili sebelum akhirnya sampai di Oia. Sama halnya dengan Firostefani, Imerogvili juga berupa desa kecil eksklusif sehingga tidak seramai Fira atau Oia. Karena diburu-buru waktu, saya tidak berlama-lama di Imerogvili dan segera bergegas menuju Oia.

Berjalan mendekati Oia, hiruk pikuk keramaian turis sudah tampak dari kejauhan. Semua orang seakan berlomba-lomba mendapatkan posisi terbaik untuk mengabadikan momen sunset legendaris di Oia, walaupun matahari baru akan terbenam sekitar 1 jam lagi.

Oia, Santorini
Hampir semua tempat di Oia bisa digunakan untuk menikmati sunset asalkan menghadap langsung ke kaldera. Namun favorit saya berada pada sebuah benteng tua (old castle) di ujung paling kanan Oia, yang posisinya sedikit menjorok ke laut. Dari sana saya bisa mendapatkan pemandangan spektakuler matahari terbenam dengan latar bangunan putih khas Yunani berselimut cahaya senja keemasan. Inilah yang disebut breathtaking view, melihat pemandangan yang saking indahnya sampai hati tercekat dan sulit bernapas.

 
Sunset di Santorini
Sunset di Santorini

Pelan namun pasti, sang mentari kemudian berangsur-angsur kembali ke peraduannya. Menyisakan kegelapan malam yang kini diterangi cahaya rembulan bersama kelap kelip lampu neon di kejauhan. Seketika kami semua bertepuk tangan, mengucap syukur atas pertunjukkan agung Sang Pencipta. Dan berakhir pula petualangan saya meniti kaldera dari Fira menuju Oia.

 

Suasana malam hari di Oia, Santorini


Instagram : @williamkellye
Engineer / Traveler / Diver / Travel Blogger


JALAN - JALAN DI SEOUL KOREA - PART 1

Kalau ditanya pilih Jepang atau Korea, saya pilih Jepang. Tapi kalau ditanya pilih Tokyo atau Seoul, jelas saya pilih Seoul! Saya bukan...