Jumat, 26 April 2019

BRUNEI DARUSSALAM : SOLO TRAVELING TRIP

Kalau bukan karena bucketlist mengunjungi 10 negara ASEAN, mungkin saya tidak akan pernah menginjakkan kaki di Brunei Darussalam. Berhubung sedang ada promo free seat Airasia dan kehabisan ide mau kemana yang murah untuk weekend getaway, maka dipilihlah Brunei Darussalam. Berangkat Jumat malam sehabis ngantor, pulang Minggu sore. Tiket Jakarta-KL seharga Rp. 325,000 PP ditambah KL-Brunei seharga Rp. 755,000. Total sejutaan sudah sampai Brunei! Thanks Airasia, now everyone can fly (with affordable price)

Saat berkunjung ke Brunei sejujurnya saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa. Informasi wisata dan blog2 tentang negara ini juga kurang banyak beredar di internet. Akhirnya saya putuskan hanya untuk keliling downtown-nya saja karena malas browsing terlalu detail. Sempat kepikiran sih untuk daytrip ke the Empire Hotel and Country Club atau Ulu Temburong. Tapi tidak jadi karena lokasinya kejauhan dan tidak yakin ada publik transportasi kesana. Alhasil 2 hari di Brunei saya habiskan dengan keliling di pusat kotanya dan saya cukup puas dengan keputusan ini

AKOMODASI

Entah mengapa harga hotel-hotel di Brunei mahal-mahal. Apalagi yang di daerah downtown, tidak ada yang dibawah IDR 1,000,000. Biasanya kan typical negara ASEAN kita akan lebih mudah mencari hotel budget di pusat kota seperti di Thailand, Malaysia, dan Filipina. Akhirnya saya memilih menginap di hostel saja karena malas keluar duit segitu banyak. Secara saya lagi solo traveling jadi tidak ada teman untuk sharing cost.

Lucunya saya hanya menemukan 2 hostel di seantero Brunei. Saya pilih menginap di Co. Living Hostel derah Gadong. Harga per malamnya IDR 150,000 untuk 1 kamar berisi 4 bed, sudah termasuk free breakfast. Lokasinya memang bukan persis di pusat kota namun paling tidak hostel ini sudah dilalui rute bus umum sehingga gampang kemana-mana. Overall B aja nilainya.

TRANSPORTASI

Kemana-mana saya naik bus umum. Dari bandara ke hostel. Dari hostel ke downtown Bandar. Rutenya sudah menjangkau mana-mana dengan waktu tunggu 15-30 menit.

Bus di Brunei berukuran tanggung, tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil. Yang pasti tidak sebesar metromini atau bus pada umumnya. Sedikit lebih panjang dari minivan. Seluruh busnya sudah dilengkapi dengan pendingin ruangan dan seorang kenek perempuan. Jauh-dekat BND 1 Brunei.

Sayangnya bus di Brunei tidak beroperasi 24 jam. Pukul 5 sore sudah jarang ada bus. Pukul 6 malam sudah tidak ada lagi. Solusinya naik taksi yang tarifnya mahal banget.

DAY 1
BRUNEI INTERNATIONAL AIRPORT

Sabtu pagi saya tiba di Brunei International Airport setelah semalam sebelumnya transit di Kuala Lumpur. Untuk weekend getaway trip semacam ini, saya biasanya memang mengambil penerbangan malam dari Jakarta ke Kuala Lumpur lalu dilanjut penerbangan pagi di keesokan harinya. Dengan cara seperti ini saya yang hanyalah "mas-mas kantoran" bisa sering liburan tanpa perlu menghawatirkan jatah cuti yang terbatas.

Brunei International Airport ini terlihat modern dengan eksterior dan interior yang keren. Sekalipun ini hari Sabtu bandara di Brunei ini tampak lenggang baik di terminal kedatangan dan keberangkatan. Persis di samping bandara berdiri sebuah masjid besar yang megah. Suasanya islami langsung terasa kental dan hati menjadi damai.

DOWNTOWN BANDAR

Setelah beres check in di hostel saya naik bus ke Terminal Bandar untuk menjelajahi tempat-tempat turis yang rata-rata berlokasi di sekitaran terminal. Jaraknya tidak terlalu jauh antara satu tempat dengan lainnya sehingga saya kemana-mana cukup dengan jalan kaki.

OMAR ALI SAIFUDDIEN MOSQUE

Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Masjid Omar Ali Saifuddin. Masjid ini dibangun tahun 1958 dan namanya diambil dari sultan ke-28 Brunei Darussalam. Masjid bergaya Mughal dan Malay ini sering disebut-sebut masjid paling indah se-Asia raya dengan minaretnya yang terbuat dari marmer dan kubah emasnya. 


KAMPONG ANYER

Kampong Ayer atau water village merupakan area permukiman warga di pinggiran sungai. Sejak lama sering dikenal juga dengan sebutan "Venice From East" dan jadi atraksi wisata andalan di Brunei Darussalam. Cara terbaik untuk menikmatinya adalah dengan menyewa perahu atau water taxi yang banyak tersebar dengan harga terjangkau.

DOWNTOWN BANDAR STREET MARKET

Setiap malam minggu, jalanan di sekitaran Masjid Omar Ali Saifuddin disulap menjadi street market dadakan yang menjual beragam barang mulai dari makanan, minuman, dan pakaian. Mungkin ini satu-satunya hiburan malam di Brunei karena alkohol dan hiburan malam dilarang. Alkohol haram diperjual-belikan di Brunei kecuali kita membawa sendiri untuk konsumsi pribadi. 


DAY 2
JAME ASR SULTAN HASSANIL BOLKIAH MOSQUE

Hari kedua di Brunei saya hanya berencana untuk mengunjungi masjid ikonik lainnya di Brunei setelah Masjid Omar Ali Saifuddin, yaitu Masjid Asr Sultan Hassanil Bolkiah. Masjid ini merupakan hasil wakaf dari sultan ke-29 Brunei : Sultan Hassanil Bolkiah. Dibangun tahun 1994, Masjid Hassnil Bolkiah ini memiliki 29 kubah emas dan 4 minaret setinggi 58 m. Tidak hanya eksteriornya yang terlihat elegan, interior dalamnya juga sangat "mewah", mengingatkan saya akan Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi yang sama-sama mentereng.

Akhirnya Masjid Sultan Hassanil Bolkiah ini menjadi penutup perjalanan saya selama di Brunei Darussalam. Overall saya senang-senang saja disana karena kota Bandar Seri Begawan tenang, nyaman, dan walkable. Cocok untuk menjadi tempat tinggal karena teratur dan tidak semrawut. Kalau ada kalau ada negara yang cocok untuk destinasi weekend getaway, Brunei jawabannya! Negara loh ya, bukan kota.






Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/

#Europe #Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #Brunei #Bruneidarussalam #Sultanhassanilbolkiah #Kampongayer

Kamis, 25 April 2019

JALAN - JALAN DI PHUKET THAILAND

Apa yang terlintas dipikiran kalian ketika mendengar Phuket? Pantai indah berpasir putih? Bukit-bukit karst seperti di Raja Ampat? Gemerlap kehidupan malam yang tidak ada matinya? Atau malah ladyboy? Hehe.

Tergiur kombinasi tiket free seat Airasia Jakarta-Kuala Lumpur (PP) dan tiket promo Airasia Kuala Lumpur-Phuket (PP) untuk keberangkatan Jumat tanggal 17 Agustus 2018 dan kepulangan Minggu, 19 Agustus 2018, tanpa pikir panjang langsung saya sikat. Dalam sekejap saya sudah mengantongi tiket Jakarta-Phuket via Kuala Lumpur seharga Rp. 1.570.000 PP pas long weekend lagi karena Jumatnya libur nasional. Lumayanlah buat trip tipis-tipis di tengah tahun sekaligus weekend getaway karena sudah suntuk dengan kerjaan. 

Selain tergiur iming-iming tiket murah, alasan lain kenapa saya nekat beli tiket ke Phuket karena saya sendiri belum pernah kesana. Kata orang-orang Phuket ini bagus banget. Cocok buat orang yang suka alam (seperti saya) karena pantainya indah dan alam bawah lautnya spektakuler. Boleh dibilang Phuket ini "Raja Ampatnya" Thailand. Wah makin tidak sabar mau buru-buru liburan kesana.


ITINERARY DI PHUKET


Karena kerjaan lagi banyak-banyaknya, saya baru sempat blog walking tempat-tempat yang mesti dikunjungi di Phuket 1 minggu sebelum keberangkatan. Saya hanya punya waktu liburan 3 hari. Itupun hari pertama dan ketiga dipotong traveling day. Artinya saya hanya punya 1 hari efektif di hari Sabtu saja.

Oleh sebab itu diputuskan hari pertama untuk eksplor Bangla Road saja (jalanan paling hits di Phuket). Hari kedua ikutan paket one day tour island hopping. Lalu hari ketiga Phuket city tour setengah hari, kemudian perjalanan balik ke Jakarta. Simpel kan? Namanya juga trip tipis-tipis buat refreshing. Biar pas balik liburan sudah semangat kerja lagi mengumpulkan rupiah.
  • Day 1 : Perjalanan Jakarta ke Phuket (via Kuala Lumpur). Malamnya eksplor Bangla Road
  • Day 2 : One day trip island hopping
  • Day 3 : Phuket city tour. Lalu perjalanan Phuket ke Jakarta (via Kuala Lumpur)


AKOMODASI DI PHUKET


Untuk akomodasi saya menginap di Slumber Party Phuket Hostel. Saya pilih karena rating-nya lumayan tinggi di hostelworld.com, review-nya ribuan (paling banyak), dan lokasinya super strategis. Hanya 5 menit jalan kaki ke Bangla Road yang menjadi pusat kehidupan di Phuket.

Slumber Party Phuket Hostel ini mengklaim dirinya sebagai "Party Hostel". Artinya penghuninya sebagian besar anak muda yang pada doyan party. Sebetulnya ini kali pertama saya menginap di "Party Hostel" macam begini. Jadi saya tidak begitu tahu harus berekspektasi seperti apa.

Harapan saya sih Slumber Hostel ini bisa memberikan servis standar layaknya hostel-hostel yang pernah saya datangi seperti resepsionis yang ramah dan helpfull serta bantuan pemesanan taksi ke bandara/paket one day tour. Tapi berhubung harga hostelnya cukup murah, cuman IDR 140,000 per malam, yasudah lah saya booking saja tanpa banyak protes.


MONSOON SEASON


Tiket pesawat sudah dipesan, itinerary sudah dibuat, hostel sudah di booking, dan THB sudah terbeli. Semua nampaknya berjalan sesuai rencana. Namun bencana itu datang 1 hari sebelum keberangkatan saat saya iseng-iseng mengecek ramalan cuaca di Phuket. Alangkah terkejutnya saya setelah mengetahui kalau hampir setiap hari di bulan Agustus, Phuket bakal diguyur hujan.

Ternyata oh ternyata, bulan Juni hingga Oktober merupakan musim hujan/monsoon season di Thailand (kebalikan dengan Indonesia yang musim kemarau). Sialnya puncak musim hujannya justru terjadi di bulan Agustus. Wah rencana liburan di Phuket terancam jadi berantakan karena cuaca buruk. Karena hampir semua aktivitasnya di luar ruangan seperti island hopping atau Phuket city tour.

Tapi the show must go on. Tiket promo ini tidak bisa di reschedule. Jadi sambil banyak-banyak berdoa, saya tetap berangkat ke Phuket dan berharap cuaca menjadi lebih baik.


DAY 1
PHUKET INTERNATIONAL AIRPORT


Tiba di Phuket International Airport, saya disambut hujan sederas-derasnya. Sepertinya doa saya tidak terkabul #hiks. Keluar imigrasi saya lalu mencari shuttle van menuju Bangla Road. Saya membayar THB 150, diantar langsung ke depan penginapan. Lama perjalanan sekitar 1 jam.


SLUMBER PARTY HOSTEL


Menambah kesialan saya hari itu, servis di Slumber Party Hostel ternyata kacrut tidak sesuai harapan. Mbak-mbak resepsionis jutek, tidak informatif, dan menjawab pertanyaan standar saya dengan ogah-ogahan. Bahkan dia tidak mau membantu pemesanan paket one day tour island hopping di keesokan harinya dengan alasan sudah malam dan travel agent sudah pada tutup.

Saking kesalnya, saya terpaksa mencari sendiri travel agent di pinggir jalan yang masih buka sambil hujan-hujanan. Setelah cukup lama keluar masuk beberapa kantor travel agent, membandingkan harga satu agent dengan agent lainnya, dapatlah satu paket tour dengan harga masuk akal. Sekitar USD 35/orang yang mencakup penjemputan dari hostel, slow boat, makan siang, jasa tour guide, dan mengunjungi 3 tempat populer di Phuket termasuk James Bond Island yang terkenal.

Karena servisnya buruk, next time saya tidak akan mau menginap di Slumber Party Hostel lagi.  Malah saya harus memberikan paspor sebagai deposit. Hari gini gitu loh, masa masih pakai paspor buat jaminan. Biasanyakan cukup dengan memberikan sejumlah uang saja. Supaya bisa meminimalkan resiko paspor hilang/tertukar.


DAY 2
ISLAND HOPPING


Besok paginya saya dijemput naik van pukul 7 di hostel oleh pihak travel agent untuk kemudian diantar menuju Ao Po Pier. Disana sudah menunggu sebuah slow boat besar yang akan mengantar saya dan 40 peserta lainnya berlayar seharian mengelilingi gugusan kepulauan di Phang Nga Bay. 

Mungkin pada saat the best season, pemandangan di Phang Nga Bay ini bakalan spektakuler. Perairan hijau toska, bukit-bukit karst, langit biru cerah tanpa awan, seperti iklan pariwisata di Phuket. Namun hari itu pemandangan kurang maksimal. Langit kelabu, hujan gerimis, dan air laut yang terlihat keruh dan butek.




JAMES BOND ISLAND


Saya pikir kunjungan ke James Bond Island akan sedikit membuat mood saya lebih baik. Karena tour guide berulang kali meyakinkan saya kalau James Bond Island is very very beautiful. Sayangnya James Bond Island ini tidak sesuai iklannya. Pulaunya biasa saja. Pasir pantainya coklat, airnya butek, dan luar biasa ramai oleh pengunjung. Malah kami cuman diberi waktu 30 menit disini, makin bete saja saya. Gimana bisa enjoy coba kalau diburu-buru begini?




PANAK ISLAND


Dari James Bond Island kapal kemudian menuju Panak Island yang dikelilingi banyak sekali bukit karst. Disana kami naik kano melewati pinggir bukit karst serta keluar masuk beberapa goa. Lumayan seru. Dan menurut saya inilah highlight dari trip kali ini. Walaupun B aja. Tidak bagus-bagus amat.




SUNSET DI LAWA ISLAND


Selesai naik kano, kapal kemudian beralih ke destinasi terakhir: Lawa Island. Sebuah pulau kecil dimana kami akan menghabiskan sore hari sembari menonton sunset. Karena hujan rintik-rintik tidak kunjung berhenti, tidak ada sunset sore itu. Bahkan mataharinya tidak muncul karena ketutupan awan. Saya cuman duduk-duduk di pulau sambil minum es kelapa.

Beres santai-santai di pulau, kapal kembali menuju dermaga dan kami pun diantar balik naik van ke penginapan masing-masing. Overall, ini adalah one day trip saya yang paling tidak berkesan. Sudah destinasinya biasa saja, harganya mahal, lunch-nya jauh dari kata enak, dan makin diperparah cuaca buruk.





BANGLA ROAD


Malamnya karena tiba-tiba hujan sudah reda, saya jadi bisa jalan-jalan menikmati malam di Bangla Road yang terkenal. Bisa dibilang ini adalah jalanan paling hits seantero Phuket. Semakin malam justru jalanan ini semakin ramai. Ada bar, club, restoran, serta beragam pertunjukan orang dewasa yang "aneh-aneh". Tidak akan pernah bosan menikmati malam di Bangla Road.

PHUKET CITY TOUR


Besoknya sesuai rencana saya akan setengah hari city tour secara mandiri di downtown Phuket. Saya kesana naik bus umum yang harganya murah meriah. Sayangnya baru jalan-jalan sebentar di downtown Phuket yang di kelilingi bangunan-bangunan bersejarah bergaya "peranakan", hujan lagi-lagi turun dengan derasnya sampai baju saya basah-sah. Karena mood jadi berantakan, saya kembali lagi ke Bangla Road dan mencari shopping mall untuk berteduh sembari menunggu jam keberangkatan pesawat balik ke Jakarta.

Ternyata tidak semua trip selalu berisi cerita yang indah-indah. Kali ini, saya sial di Phuket!







Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/

#Europe #Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #Thailand #Phuket 

Rabu, 24 April 2019

JALAN - JALAN DI PUTRAJAYA MALAYSIA

Pesawat Airasia yang saya tumpangi mendarat mulus di KLIA-2 pukul 6 pagi. Padahal pesawat lanjutan saya ke Jakarta baru akan berangkat sekitar pukul 1 siang. Artinya ada 7 jam lebih waktu transit di KLIA-2. Memang sih ada macam-macam toko di KLIA-2 buat cuci mata. Mulai dari toko fashion, toko souvenir, branded stores, aneka restoran, coffee shop, dan sebangsanya. Tapi bosan juga kalau hanya berdiam diri di KLIA-2 sampai siang.

Daripada mati gaya di bandara saya berpikir keras mau pergi kemana dalam waktu tanggung begini. Mau ke Kuala Lumpur tapi kok kejauhan. Naik bus saja perlu waktu 1 jam. Belum lagi ditambah waktu antrian imigrasi keluar & masuk yang tidak sebentar. Lagipula pagi-pagi begini masih banyak toko belum pada buka. Dan lagi hampir semua tempat touristy di Kuala Lumpur sudah pernah saya kunjungi semua. Jadi agak malas rasanya harus mengulang untuk kali kedua.

Di tengah kegalauan ini tercetuslah ide untuk jalan-jalan ke Putrajaya. Putrajaya merupakan sebuah kota administratif Malaysia seluas 5,000 hektar yang jaraknya 40 km dari Kuala Lumpur atau 30 km dari bandara KLIA-2. Karena baru dibangun tahun 1995, Putrajaya ini kotanya rapih dan teratur. Tidak tampak kabel listrik awut-awutan, tidak ada bangunan liar. Semua pembangunannya sudah dipikirkan dengan matang dan cermat.

Ada banyak sekali tempat menarik di Putrajaya, diantaranya:
  • Putrajaya Botanical Garden (taman botanical terbesar di Malaysia dengan luas 92 hektar dan koleksi 7,000 spesies tanaman)
  • Masjid Putra (mampu menampung hingga 15,000 jamaah)
  • Perdana Putra (Prime Minister's Office)
  • Astaka Morocco (bangunan bergaya Maroko yang dibangun atas kerjasama Pemerintah Malaysia dengan Pemerintah Maroko)
  • Dataran Putra (alun-alun tempat diadakan perayaan penting di Putrajaya, seperti parade kemerdekaan setiap bulan Agustus)
  • Palace of Justice (Istana Kehakiman)

DARI KLIA-2 KE PUTRAJAYA


Cara termudah menuju Putrajaya adalah dengan naik KLIA-Transit, lalu turun di stasiun Putrajaya. Harganya MYR 9.40 kalau berangkat dari KLIA-2 atau MYR 14,00 kalau dari KL Sentral. Tidak mahal-mahal amat. Lama perjalanan 18 menit dari KLIA-2 atau 20 menit dari KL Sentral. 

Setibanya di stasiun Putrajaya bisa langsung disambung naik Grab/taksi/bus umum menuju tempat wisata di Putrajaya. Karena keterbatasan waktu, saya hanya mengunjungi 3 tempat disana:

  1. Masjid Putra
  2. Perdana Putra (Prime Minister's Office)
  3. Astaka Morocco

MASJID PUTRA


Masjid Putra dibangun dengan arsitektur campuran antara Persia, Malaysia, dan Arab. Design minaret setinggi 116 m nya terinspirasi dari Masjid Syekh Omar di Baghdad dan dinding basemennya dibuat menyerupai Masjid King Hassan di Casablanca, Maroko. Dengan kubah ikoniknya yang bewarna pink, Masjid Putra ini sering dijadikan ikon dari Putrajaya dan juga gambar postcard.



PERDANA PUTRA (PRIME MINISTER'S OFFICE)


Siapa sangka bangunan unik 6 lantai dengan atap berbentuk bawang ini menjadi ruang kerja Perdana Mentri Malaysia. Kalau di Indonesia mungkin bisa disamakan seperti Istana Negara. Dibangun dari tahun 1997 hingga 1999, Perdana Putra ini kental akan arsitektur bergaya Islamic-Mogul. Letaknya persis di sebelah Masjid Putra dan dekat danau. Jadi biasanya Perdana Putra dan Masjid Putra dikunjungi bersamaan



ASTAKA MOROCCO


Salah satu bangunan "hidden gem" di Putrajaya karena keberadaan dan lokasinya belum banyak orang yang tahu. Sesuai namanya, Astaka Morocco ini didesain simetris di ke empat sisinya dengan detail dan ornamen khas Maroko. Sehingga membuat kita yang berkunjung kesana berasa sedang berada di Casablanca. Karena memang semirip itu. Kalau kesana jangan lupa mampir ke bagian tengahnya dimana terdapat sebuah air mancur spektakuler.




PUTRAJAYA KE KLIA-2


Setelah puas mengelilingi Astaka Morocco, saya lalu memesan Grab menuju Stasiun Putrajaya untuk kemudian naik kereta KLIA transit menuju KLIA-2. Total saya hanya memerlukan waktu sekitar 5 jam-an untuk perjalanan singkat di Putrajaya. Dari mulai mengantri keluar imigrasi, naik kereta KLIA transit menuju Putrajaya, lalu keliling Masjid Putra, Perdana Putra, dan Astaka Morocco, sampai balik lagi ke airport. Highly recommended lah kalau kebetulan sedang transit di KLIA minimal 6 jam. Daripada mati gaya di airport yakan?



Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/

#Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #KualaLumpur #Malaysia #Putrajaya

Sabtu, 20 April 2019

JALAN - JALAN DI SIEM REAP, KAMBOJA

Setiap kali ada promo free seat Airasia, saya tidak pernah absen membeli tiket Jakarta - Kuala Kumpur (PP) untuk keberangkatan 6-12 bulan berikutnya. Biasanya saya selalu pilih tanggal keberangkatan saat ada hari kejepit atau long weekend. Biar hemat jatah cuti maksudnya.

Lalu dapatlah tiket Jakarta - Kuala Lumpur (PP) seharga IDR 325,000. Berangkat Kamis, 31 May, pulang hari Minggu, 3 Juni. Pas long weekend karena Jumat, 1 Juni hari libur nasional. Supaya makin hemat, saya sengaja pilih jam keberangkatan di Kamis malam agar siangnya bisa kerja dulu. Jadi dengan ambil cuti 1 hari saya dapat liburan 4 hari.


ITINERARY


Bosan kalau harus di Kuala Lumpur saja, saya kemudian mengotak-atik rute promo Airasia lainnya dengan beragam kombinasi tujuan di ASEAN. Mulai dari Bangkok, Phuket, Phnom Penh, Siem Reap, sampai Bandar Seri Begawan.

Sebagai seseorang yang suka candi-candian dan wisata masa lalu (ceilah), sudah lama saya kepingin mengunjungi Angkor Wat di Siem Reap. Begitu pas ada tiket murah kesana, langsung saja saya beli tanpa banyak mikir daripada kehabisan. 

Dapatlah tiket Kuala Lumpur - Siem Reap (PP) seharga IDR 940,000. Total tiket pesawatnya jadi 1,265,000 untuk 4 penerbangan saat long weekend. Ke luar negeri pula. 

Itinerary trip 4 hari di Siem Reap juga cukup simpel.
  • Day 1 : Perjalanan dari Jakarta ke Kuala Lumpur
  • Day 2 : Perjalanan dari Kuala Lumpur ke Siem Reap, lanjut temple hopping
  • Day 3 : Cafe hopping di Pub Street, lalu sorenya perjalanan dari Siem Reap ke Kuala Lumpur
  • Day 4 : Perjalanan Kuala Lumpur ke Jakarta

DAY 1
DRAMA PERJALANAN KE BANDARA


Perjalanan dari kantor ke bandara ini cukup drama. Saking menumpuknya kerjaan, saya baru bisa keluar kantor sekitar jam 6 malam. Padahal penerbangan saya ada di jam 8 malam. Langsung auto mules. Karena mepet dan takut telat, saya nekat naik Gojek dari kantor di Kuningan ke bandara. 2x naik tentunya karena jaraknya lebih dari 20 km. Jadi harus dipecah 2 trip. Gojek pertama dari Kuningan ke Taman Anggrek lalu disambung Gojek kedua dari Taman Anggrek ke Soekarno Hatta. Kalau naik taksi/gocar mungkin bisa sampai lebih lama karena pas jam pulang kantor.

Setelah kebut-kebutan tidak karuan, sampailah saya di area Soekarno Hatta. Ternyata motor dilarang masuk ke area Terminal 3. Haduh drama apalagi ini. Terpaksalah saya lari-lari di jembatan layang menuju Terminal 3 karena takut telat, tapi malah berakhir diangkut mobil petugas keamanan Soekarno Hatta karena pejalan kaki dilarang melintas di atas jembatan. Untungnya saya tidak di denda dan malah diantar naik mobil ke terminal keberangkatan (rejeki anak soleh)

Begitu masuk, saya segera mencari mesin check in Airasia yang sayangnya saya ditolak system karena dianggap telat check in. Saat itu sekitar jam 7.30 malam atau 30 menit dari jadwal keberangkatan. Iseng-iseng saya pergi ke konter check in Airasia. Kali-kali masih diperbolehkan check in. Dan ternyata, boleh dong! Pesawat ke Kuala Lumpurnya delay 1 jam jadi saya masih diperbolehkan check in dan naik pesawat ke Kuala Lumpur #blessingindisguise.

Beres drama check in, saya tinggal menunggu boarding di ruang tunggu. Belum pernah saya sesenang ini karena pesawat delay, hehe.


DAY 2
KUALA LUMPUR KE SIEM REAP


Tiba di KLIA-2, saya langsung mencari spot buat tidur di bandara. Berhubung saya sudah berkali-kali transit di KLIA-2, saya sudah tahu pojokan mana yang sepi dan asik buat tidur tanpa gangguan. Paginya saya naik penerbangan pertama dari Kuala Lumpur ke Siem Reap.


SIEM REAP INTERNATIONAL AIRPORT


Kelar urusan imigrasi, saya langsung keluar mencari tuktuk menuju Pub Street. Ternyata ongkosnya USD 10. Karena malas keluar duit segitu banyak, saya mengamati sekitar mencari orang yang kira-kira mau diajak sharing cost. Ketemulah 2 orang cewek backpacker yang menenteng kantong kresek indomaret. Wah, orang Indonesia nih pasti.

Iseng-iseng niat hati mau mengajak patungan tuk-tuk ke pusat kota, saya malah diajak mereka patungan sewa tuk-tuk USD 35 seharian. Lumayan kan, saya jadi hemat ongkos, dapat teman gosip, serta dapat tukang foto pribadi. Sayangnya kita cuman bisa jalan bareng 1 hari saja karena malamnya mereka harus pergi ke Sihanoukville.


1 DAY TICKET ANGKOR WAT


Dari bandara kami langsung diantar naik tuk-tuk menuju loket resmi penjualan tiket masuk ke dalam Angkor Wat. Harga tiketnya bervariasi tergantung durasi yang dipilih.

  • 1 day ticket USD 37
  • 3 days ticket USD 62
  • 7 days ticket USD 72

Kami bertiga sepakat membeli 1 day ticket seharga USD 37 karena memang mau 1 hari saja temple hopping di Angkor Wat. Tiket terusan ini berlaku untuk memasuki candi-candi lainnya yang berjumlah ribuan di sekitar Angkor Wat. Sehingga tidak perlu bayar lagi.

Tiketnya juga cukup unik karena kita diharuskan difoto dan  fotonya dicetak di tiket masuknya. Jadi tidak bisa main curang 1 tiket untuk 2 orang karena ada fotonya. Saat memasuki area Angkor Wat dan beberapa candi lainnya, tiket masuk ini selalu diperiksa.


ANGKOR WAT


Setelah tiket di tangan, kami meluncur ke destinasi pertama yang menjadi alasan utama kami ke Siem Reap : Angkor Wat

Angkor Wat merupakan candi Budha terbesar di Kamboja dengan luas area 162.6 hektar. Semula Angkor Wat dibangun dan didedikasikan untuk Dewa Wisnu (Hindu) namun seiring berjalannya waktu, candi ini berubah aliran dari Hindu menjadi Buddha di akhir abad ke 12.

Dulunya Kerajaan Khmer yang berpusat di Angkor Wat pernah tercatat sebagai kota terbesar dan terpadat di dunia. Namun masih misteri apa yang menyebabkan kemunduran kota ini hingga berangsur-angsur ditinggalkan penduduknya.





LUNCH WITH AMOK


Dari Angkor Wat kami kemudian makan siang di restoran lokal sembari mengisi energy. Karena sudah di Kamboja, kami bertiga memesan makanan khas sana bernama Amok. Ada amok ikan, amok ayam, dan amok sapi, tinggal dipilih. Rasanya mirip tongseng, pas di lidah orang Indonesia, dan tidak terlalu spicy. Biasanya disajikan dalam buah kelapa. Cukup unik.

ANGKOR THOM


Beres makan siang, kami lalu menuju destinasi kedua : Angkor Thom. Kalau pernah lihat film Tomb Raider yang dibintangi Angelina Jolie, nah lokasi syutingnya ada di Angkor Thom ini. Keunikan dari temple ini ada pada pepohonan besar yang seolah-olah menelan struktur bangunan candi. Menandakan sudah betapa tuanya temple ini.





BANYON TEMPLE


Lanjut ke destinasi ketiga: Bayon Temple atau candi dengan seribu wajah. Dinamakan demikian karena terdapat 216 ukiran wajah raksasa di dinding, menara, dan bangunan candinya. Candi ini termasuk yang "paling muda" karena dibangun pada akhir abad ke 12 hingga awal abad ke 13.



TAKEO TEMPLE


Harusnya kami masuk ke Takeo Temple yang menjadi temple terakhir. Tapi karena sudah "mabok candi", kami hanya turun di depannya lalu kembali lagi ke tuk-tuk dan minta diantar Pub Street untuk chill out sembari menikmati senja.

PUB STREET


Kalau ada jalanan paling "happening" seantero Kamboja sudah pasti Pub Street jawabnya. Jalanan ini bisa disamakan dengan Orchard Road di Singapura atau Bukit Bintang di Kuala Lumpur. Bedanya kalau di Singapura dan Bukit Bintang yang berjejer itu shopping mall mewah, di Pub Street itu pub, coffe shop, cafe, resto, bar, dan club malam.

Begitu malam tiba, jalanan sepanjang Pub Street ditutup untuk kendaraan umum dan Pub Street disulap menjadi jalanan kelap-kelip dengan musik jedag-jedug tidak ada matinya. Seru banget buat bar hopping, pindah dari satu ke bar yang lain sembari menikmati vibes-nya yang young dan energetic. Pastikan buat mampir ke Angkor What? Bar yang terkenal.



ONE STOP HOSTEL


Setelah keliling Pub Street dan berpisah dengan 2 teman baru, saya lalu check in di One Stop Hostel, Siem Reap. Lokasinya dekat dengan Pub Street jadi tinggal selangkah kemana-mana. Harga permalamnya cuman Rp. 77,000/bed untuk sekamar 6 bed. Murah banget. Malah hostelnya bersih, staffnya ramah, serta lokasinya super strategis. Very recommended. Hostelnya sendiri juga menyediakan beragam paket half day tour dan one day trip di Angkor Wat/Siem Reap, juga airport transfer dengan harga super terjangkau.


DAY 3
SIEM REAP


Tidak banyak yang saya lakukan di Siem Reap keesokan harinya. Kelelahan karena kemarin seharian temple hopping di Angkor Wat, saya memutuskan untuk santai-santai saja hari ini sambil cafe hopping di daerah Pub Street bareng temen hostel. Siangnya saya check out dari hostel lalu sorenya minta dipesankan tuk-tuk ke bandara. Dan berakhir pula liburan singkat di Siem Reap.

Siem Reap ini langsung masuk ke dalam the best and affordable weekend getway list versi saya. 3 hari 2 malam sudah cukup untuk menjelajahi kota kecil dengan night live yang tidak ada matinya. Siem Reap ini destinasi pas sekali untuk melakukan ritual sedikit dugem, sedikit berpetualang.

Saum Arkoun Siem Reap, see you again!



Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/

#Europe #Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye

JALAN - JALAN DI SEOUL KOREA - PART 1

Kalau ditanya pilih Jepang atau Korea, saya pilih Jepang. Tapi kalau ditanya pilih Tokyo atau Seoul, jelas saya pilih Seoul! Saya bukan...