Laos memang bukan negara favorit buat kebanyakan orang Indonesia. Kalau bukan karena terinspirasi dari postingan
Samantha Siahaan ( http://samanthasiahaan.com/luang-prabang/ ) pas jalan-jalan di Laos, mungkin saya tidak akan pernah main kesana.
Laos sendiri merupakan
land locked country, artinya negara ini keempat sisinya diapit oleh negara lain dan tidak memiliki akses ke laut. Sebelah timurnya berbatasan dengan Vietnam, barat dengan Myanmar, utara dengan China, dan selatannya berbatasan dengan Thailand dan Kamboja. Waktu berkunjung terbaik ke Laos saat
dry season, yaitu dari November hingga April. Hindari bepergian di saat
monsoon season dari May hingga October karena bakal sering hujan.
ITINERARY DI LAOS
Biasanya orang-orang yang berkunjung ke Laos mengunjungi rute wajib
Vientiane - Vang Vieng - Luang Prabang. Namun karena saya hanya punya waktu liburan 5 hari saja (termasuk perjalanan Jakarta ke Laos) dengan berat hati saya harus mencoret Vang Vieng karena keterbatasan waktu.
Sebetulnya bisa saja sih kalau harus maksa ke Vang Vieng. Tapi konsekuensinya bakal punya waktu super terbatas di tiap-tiap kotanya. 1 hari di Vientiane, 1 hari di Vang Vieng, 1 hari di Luang Prabang. Mana bisa
enjoy kan kalau
itinerary-nya kejar tayang begini. Dipikir-pikir ini kan liburan, bukan kompetisi. Jadi harus
enjoy to the max. Akhirnya saya harus rela mencoret Vang Vieng agar bisa lebih lama di Luang Prabang yang pada akhirnya menjadi
highlight di Laos Trip kali ini.
Day 1 : Perjalanan Jakarta - Kuala Lumpur
Day 2 : Perjalanan Kuala Lumpur - Vientiane. Lanjut bus malam Vientiane ke Luang Prabang
Day 3 :
One day trip mengunjungi Kuang Si Waterfall
Day 4 :
One day trip di Luang Prabang. Lanjut bus malam Luang Prabang ke Vientiane.
Day 5 : Perjalanan pulang dari Vientiane ke Jakarta (via Kuala Lumpur).
PESAWAT JAKARTA KE LAOS
Tiket pesawat dibeli jauh-jauh hari saat ada promo free seat airasia. Saya dapat tiket Jakarta - Kuala Lumpur (PP) seharga IDR 325,000 dan tiket Kuala Lumpur - Vientiane (PP) seharga IDR 1,000,000. Total tiket ke Laos IDR 1,325,000 untuk 4 penerbangan.
Good deal banget sih ini. Mengingat tiket pesawat merupakan komponen terbesar dalam travelling, jadi jika tiket pesawat bisa ditekan sekecil mungkin, biaya yang dikeluarkan bisa turun secara signifikan.
AKOMODASI DI LAOS
Saya hanya memesan akomodasi 2 hari di Luang Prabang. Selebihnya saya menginap di bandara KLIA-2 di hari pertama dan menginap di sleeper bus di hari ke dua dan terakhir.
Di Luang Prabang sendiri, saya menginap di
Downtown Hostel Luang Prabang dengan harga IDR 80,000 per malam. Lokasinya cukup strategis karena dekat dengan Luang Prabang Post Office yang menjadi landmark. Lucunya, di hostel tersebut saya berkenalan dengan 2 ibu-ibu
backpacker asal Yogyakarta. Seumur-umur menginap di hostel murah, baru kali ini saya ketemu
backpacker asal Indonesia.
DAY 2
VIENTIANE
Vientiane menjadi gerbang masuk saya ke Laos. Banyak yang mengira Vientiane ini ibukota dari Vietnam karena sama-sama diawali huruf V. Tapi yang benar, Vientiane ini ibu kota dari negara Laos.
Banyak
traveller yang malas berkunjung ke Vientiane. Katanya kotanya "boring". Kalau bukan karena urusan visa/bisnis, mereka tidak akan datang kesana. Tapi buat saya Vientiane ini kotanya cukup menarik untuk dijelajahi.
Memang Vientiane ini kotanya tidak terkesan modern. Jarang ada gedung-gedung tinggi dan
shopping mall-nya hanya 1. Jalanan utamanya berdebu, bolong-bolong, dan selalu tergenang setiap hujan turun. Tulisan Laos juga jelimet karena tidak pakai alfabet, bahasanya ribet, dan susah sekali ketemu orang yang bisa bahasa inggris.
Namun ketika saya mengelilingi Vientiane naik tuk-tuk, saya malah tersenyum melihat kehidupan sehari-hari orang lokalnya. Mereka tampak damai dan
enjoy their life. Tidak ada kemacetan berarti, tidak ada suara bising klakson, dan tidak ada ketergesa-gesaan layaknya kehidupan di kota besar. Suasana begini justru membuat saya lebih
enjoy dalam menikmati tiap sudut kota Vientiane.
VIENTINAE CITY TOUR
Selama sehari berada di Vientiane, 3 tempat berikut berhasil saya kunjungi dan boleh dibilang, tidak sah ke Vientiane kalau belum berkunjung ke 3 termpat tersebut.
- Wat Si Saket
- That Luang
- Patuxai
WAT SI SAKET
Kuil Buddha yang dibangun tahun 1818 atas perintah Raja Anouvong dengan arsitektur bergaya Siamese.
PHA THAT LUANG
Pha That Luang merupakan stupa Buddha bewarna emas yang menjadi simbol dari negara Laos. Mulanya dibangun pada abad ke 1 sebagai kuil Hindu namun seiring berjalannya waktu fungsinya beralih menjadi kuil Budha dan berkali-kali mengalami rekonstruksi hingga jadi yang sekarang.
PATUXAI
Monumen perang yang dibangun tahun 1957-1968 dan didedikasikan untuk mengenang para prajurit yang tewas akibat perang kemerdekaan dari jajahan Prancis. Patuxai ini sekilas mirip Arc de Triomphe di Paris namun jika dilihat lebih seksama, bangunan ini banyak menggunakan desain dan dekorasi lokal.
SLEEPER BUS VIENTIANE KE LUANG PRABANG
Demi menghemat waktu dan uang, saya naik sleeper bus dari Vientiane ke Luang Prabang. Ada 3 tipe bus yang bisa dipilih :
- Ekonomi : LAK 110,000
- VIP : LAK 130,000
- Sleeping : LAK 150,000
Lama perjalanan sekitar 10 jam. Busnya bersih dan nyaman.
Good option karena saya bisa hemat ongkos akomodasi 1 malam.
DAY 3
LUANG PRABANG
Saya tiba di terminal bus Luang Prabang pukul 6 pagi. Langsung cari tuk-tuk menuju hostel. Karena masih pagi, saya belum bisa
check in jadi hanya bisa menitipkan tas. Kemudian saya mencari rental motor (harganya LAK 120,000) agar bisa leluasa menjelajahi Luang Prabang.
Agenda yang pertama sudah pasti mengunjungi
Kuang Si Waterfall, air terjun paling terkenal seantero Laos raya. Lokasinya berada 30 km dari Luang Prabang atau bisa dicapai 1 jam naik motor. Petunjuk jalannya banyak dan jelas. Jadi tidak bakalan nyasar sekalipun tidak pakai
google map.
Selain pergi secara mandiri, kita bisa juga ikutan
share cost tuk-tuk menuju Kuang Si Waterfall dengan hanya membayar LAK 35,000. Tapi karena saya ingin lebih lama di Kuang Si tanpa dijatah waktu, saya pilih merental motor. Itung-itung biar bisa leluasa menjelajahi downtown Luang Prabang yang masuk ke dalam list Unesco Heritage Site.
KUANG SI WATERFALL
Kuang Si Waterfall ini
fix menjadi highlight dalam trip ke Laos kali ini sekaligus temat paling favorit dan air terjun paling indah yang pernah saya kunjungi. Bentuknya berundak-undak seperti air terjun Mata Jitu di Pulau Moyo. Hanya saja, Kuang Si ini ukurannya jauh lebih besar dan memiliki lebih banyak kolam. Beruntung saya tiba di awal musim kering, jadi pas lagi bagus-bagusnya. Warna airnya hijau zamrud, tidak coklat, dan debit airnya tetap deras mengalir.
Karena masih pagi, masih belum banyak pengunjung di Kuang Si. Jadi serasa air terjun milik pribadi. Menjelang makan siang, barulah mulai ramai. Tapi jangan khawatir, ada banyak kolam yang bisa dipilih. Tinggal cari yang paling sepi.
Selain terkenal akan keindahan air terjunnya, Kuang Si juga terkenal sebagai tempat rehabilitasi dan penangkaran beruang madu. Di Laos sendiri, beruang madu banyak diburu lalu dipelihara untuk diambil cairan empedunya yang konon berkhasiat menyembuhkan beragam penyakit. Sehingga dibangunlah suaka ini untuk melestarikan populasi beruang madu.
DOWNTOWN LUANG PRABANG
Setelah puas bermain air di Kuang Si selama setengah hari, berikutnya saya berkeliling naik motor di downtown Luang Prabang sembari menikmati keindahan kotanya. Luang Prabang ini masuk ke dalam list UNESCO World Heritage Site karena budaya, arsitektur, dan sejarahnya. Pusatnya ada di downtown Luang Prabang yang di sepanjang jalannya terdapat deretan bangunan-bangunan tradisional khas Laos dengan pintunya yang ikonik. Rata-rata difungsikan sebagai resto, café, hotel, villa, atau toko souvenir. Semua dalam kondisi terawat. Dan di Luang Prabang, tidak ada bangunan tinggi sama sekali sehingga cita rasa lokalnya kental terasa.
MOUNT PHO SI
Sore harinya saya menonton
sunset dari puncak Mount Pho Si atau dalam bahasa lokal artinya gunung keramat. Gerbang masuknya persis ada di depan Royal Palace Museum. Sebelum naik siapkan mental dulu karena bakal harus mendaki 300 anak tangga. Tapi tiba di view point tertinggi, kita akan disuguhi pemandangan keren di kanan kirinya. Deretan bukit-bukit karst dengan Sungai Mekong dibawahnya.
LUANG PRABANG NIGHT MARKET
Beres sunset, jalanan utama di Luang Prabang disulap menjadi pasar malam dengan aneka barang dagangan. Rasanya mau cari apa saja ada disana. Mulai dari
street food,
fashion,
souvenir, aksesoris, hingga pernak pernik lucu. Siapkan saja Kip yang banyak. Kalau pun kehabisan, tenang saja. Disana ada
money changer dengan
rate tukar lumayan.
DAY 4
ALMS GIVING CEREMONY
Keesokan harinya, pukul 5 pagi saya sudah bersiap untuk menyaksikan ritual
Alms Giving Ceremony. Ritual dimana penduduk setempat memberikan sebagian makanannya bagi para Biksu. Sebagai gantinya para Biksu pun akan mendoakan mereka.
Ritual ini hanya berlangsung dipagi hari saja hingga pukul 7 pagi dan berpusat di daerah Post Office Downtown Luang Prabang. Etikanya kalau mau ikutan menyaksikan Alms Giving Ceremony, selalu jaga jarak dan jangan memfoto para biksu dari dekat.
LUANG PRABANG TEMPLE HOPPING
Setelah mengikuti Alms Giving Ceremony, saya lanjut sarapan kemudian bersiap-siap menyewa sepeda ontel seharga LAK 20,000/hari, untuk
temple hopping di Luang Prabang. Ada begitu banyak
temple yang bisa dipilih mulai dari
Wat Xieng Thong, kuil Budha bewarna kuning keemasan yang dibangun tahun 1560, lalu
Wat Sen/Wat Sene yang menjadi temple favorit saya,
Wat Sibounheuang, dan
Wat May Souvannapoumaram yang merupakan temple terbesar di Luang Prabang.
Keasikan keliling temple di Luang Prabang saya jadi lupa waktu. Tiba-tiba saja hari sudah gelap dan saatnya untuk pergi ke Terminal Bus Luang Prabang untuk mengejar
sleeper bus kembali ke Vientiane. Kemudian dilanjutkan penerbangan pagi ke Jakarta dan berakhir pula perjalanan singkat saya di Laos.
Khop Chai Laos. See you again.