Selasa, 08 Januari 2019

MAIN DI MUI NE! PADANG PASIRNYA ASEAN

Dalam rangka menaklukkan bucketlist mengunjungi 10 negara ASEAN, maka tinggal Vietnam saja yang belum dikunjungi. Agak surprised memang, mengingat Vietnam ini negara favoritnya para traveller tapi justru menjadi negara ASEAN terakhir yang saya kunjungi. Biasanyakan negara tidak populer seperti Laos dan Brunei yang jadi paling akhir.

Boleh dibilang perjalanan saya ke Vietnam kali ini cukup impulsif. Tiba-tiba saja ada tiket gledek dari Tiket.com untuk rute Jakarta ke Kuala Lumpur seharga IDR 350,000 saja. Naik Malaysian Airlines lagi yang notabene maskapai full services. Langsung lah buru-buru saya booking untuk keberangkatan 21-25 Dec 2018 karena takut kehabisan. 

Setelah tiket Jakarta - Kuala Lumpur di tangan, barulah saya membeli tiket rute Kuala Lumpur ke Ho Chi Minh yang sayangnya tidak ada yang murah mengingat bertepatan dengan high season libur natal dan tahun baru. Saya dapat tiket Airasia rute Kuala Lumpur - Ho Chi Minh (PP) seharga IDR 2,020,000. Lumayan mahal sih. Tapi tak apalah yang penting bisa mencoret bucketlist mengunjungi 10 negara ASEAN.


ITINERARY


Setelah browsing-browsing di internet, ternyata Ho Chi Minh ini tidak banyak tempat wisatanya. 4 hari disana pasti bakalan boring. Bingung mau kemana lagi, akhirnya saya putuskan untuk menghabiskan 2 hari di Ho Chi Minh dan 2 hari di Mui Ne. Dari informasi yang saya dapat, Mui Ne ini merupakan kota cantik pinggir pantai yang menawarkan ketenangan dan kedamaian. Jauh berbeda dengan Ho Chi Minh yang ruwet dan semrawut. 

Dengan memasukkan Mui Ne, maka itinerary liburan kali ini sebagai berikut:

  • Jumat, 21 Dec : Penerbangan malam Jakarta - Kuala Lumpur (Malaysian Airlines)
  • Sabtu, 22 Dec : Penerbangan pagi Kuala Lumpur - Ho Chi Minh (Airasia) dan naik bus dari Ho Chi Minh ke Mui Ne
  • Minggu, 23 Dec : Half day tour di Mui Ne lalu siangnya naik bus ke Ho Chi Minh
  • Senin, 24 Dec : City tour di Ho Chi Minh dan lanjut Penerbangan malam Ho Chi Minh ke Kuala Lumpur
  • Selasa 25 Dec : Penerbangan Siang Kuala Lumpur ke Jakarta

DAY 1
JAKARTA KE KUALA LUMPUR


Seperti biasa, saya selalu memilih penerbangan Jumat malam agar siangnya bisa masuk kantor dulu jadi hemat jatah cuti. Karena takut telat, 3 jam sebelum jam keberangkatan saya sudah berangkat dari kantor di Kuningan. Saya memang lebih suka tiba lebih awal di bandara ketimbang harus buru-buru ke bandara karena takut telat. 

Sampai di bandara, saya langsung check in, drop luggage, dan menunggu boarding sambil menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor yang masih pending. Untungnya sekalipun ini penerbangan di Jumat malam dan high season, pesawat Malaysian Airlines yang saya naiki berangkat on time tidak pakai delay.


DAY 2
KUALA LUMPUR KE HO CHI MINH


Tiba di KLIA-1, saya langsung mencari spot untuk tidur hingga pagi menjelang karena keesokannya saya akan lanjut penerbangan pagi dari Kuala Lumpur menuju Ho Chi Minh. Sama halnya dengan penerbangan Jakarta ke Kuala Lumpur, penerbangan Kuala Lumpur ke Ho Chi Minh juga on schedule. Berkali-kali naik Airasia, 95% pesawatnya selalu on time.

Sesampainya di HCMC Tan Son Nhat International Airport, saya lalu mencari money changer untuk menukar dolar. Rate di bandara ini cukup bagus, mirip seperti kurs di internet. USD 100 dapat VND 2,320,000. Tukar dolarnya secukupnya saja. Karena Vietnam Dong tidak laku dimana-mana sehingga kurs tukar ke USD-nya jelek.

Setelah punya cukup VND, saya kemudian mencari konter simcard local. Saya beli paket data 5 GB seharga VND 200,000. Internet penting supaya tidak mati gaya saat naik bus 6 jam dari Ho Chi Minh ke Mui Ne, juga supaya bisa buka google map biar tidak nyasar.


HCMC TAN SON NHAT INTERNATIONAL AIRPORT TO DISTRICT 1


Dari bandara saya lalu naik bus no 109 menuju Pham Ngu Lao - District 1. Harganya VND 20,000 dengan lama perjalanan 45 menit. Bus ini beroperasi dari pukul 05.30 pagi hingga pukul 01.00 dini hari. Lama tunggunya sekitar 15-20 menit. Busnya nyaman, bersih, dan aman. Recommended!

Opsi lainnya bisa naik taksi ke pusat kota dengan membayar VND 150,000-200,000. Pastikan memilih taksi Vinasun karena brand lainnya banyak scam. Bisa juga pesan Grab seharga VND 100,000.


SINH TOURIST - PHAM NGU LAO


Kalau Singapore punya Orchard Road dan Kuala Lumpur punya Jalan Bukit Bintang maka Ho Chi Minh punya Pham Ngu Lao di District 1, jalanan paling hits yang segalanya ada mulai dari hotel, hostel, losmen, coffee shop, cafe, resto, hingga deretan toko yang tiada ujungnya. 

Tujuan saya ke Pham Ngu Lao cuman 1, mencari konter Sinh Tourist untuk membeli tiket bus menuju Mui Ne. Sebetulnya ada banyak travel agent lain yang menjual tiket bus HCMC ke Mui Ne. Tapi dari review di internet, banyak travel agent bodong penuh dengan scam. Yang paling terpercaya dan recommended itu Sinh Tourist. Saya beli sleeper bus seharga VND 99,000 untuk keberangkatan siang itu juga. Untungnya meskipun saya belinya last minute dan on the spot, masih ada kursi yang tersedia.

Perjalanan dari Ho Chi Minh City ke Mui Ne yang berjarak 216 km dapat ditempuh sekitar 5-6 jam perjalanan darat tergantung kepadatan lalu lintas. Selama perjalann saya habiskan dengan tidur saja sambil sesekali main internet. Untung beli paket data, hehe.


AKOMODASI DI MUI NE


Banyak akomodasi murah dan bagus di Mui Ne. Tapi pilihan saya jatuh pada Vietnam Backpacker Hostel Mui Ne. Meskipun namanya hostel, fasilitasnya tidak kalah dari resort berbintang. Harganya cuman USD 5 per malam, sudah termasuk fasilitas kolam renang, bar, free breakfast, kursi santai, dan tiap kamarnya dilengkapi kamar mandi dalam dan pendingin ruangan. Lokasinya juga strategis di pinggir jalan utama jadi hanya tinggal menyebrang jalan saja untuk bisa tiba di pantai Mui Ne. 

Setelah check in di Vietnam Backpacker Hostel Mui Ne, saya langsung memesan paket half day sunrise tour di resepsionis seharga VND 120,000 untuk keesokan harinya. Murah banget sih ini, karena cuman VND 120,000 atau setara IDR 75,000 sudah bisa ikutan sunrise tour mengunjungi 4 tempat wisata di Mui Ne:  the White Sand Dunes, the Red Sand Dunes, Fairy Stream, dan the Fishing Village. Thanks to kurs mata uang Vietnam yang tidak kuat-kuat amat, saya jadi berasa horang kayah.


DAY 3
WHITE SAND DUNES


Pukul 4.30 pagi, saya, 3 cewek Thailand teman sekamar, dan 7 bule lainnya sudah bersiap di lobby  hostel menunggu jeep jemputan. Tak lama berselang datanglah 2 jeep di parkiran hostel. Kami pun dibagi menjadi 2 kelompok. Jeep pertama diisi saya, 3 cewek Thailand teman sekamar, dan 2 orang tamu dari luar hostel yang ternyata surprisingly turis asal Indonesia. Lalu jeep satunya diisi 7 bule berkaki panjang yang terlihat seperti pepes sarden di dalam sebuah jeep berukuran mungil.

Setelah semua penumpang naik, jeep kemudian melaju menembus kegelapan pagi menuju lokasi pertama: the White Sand Dunes. Kami diantar persis di depan gerbang masuk lokasi. Dari sana ada 2 cara menuju spot melihat sunrise. Jalan kaki (gratis) atau membayar VND 200,000 naik APV. Tentu saya pilih naik APV karena malas jalan kaki dan takut nyasar di padang pasir.

VND 200,000 itu kalau di rupiahkan sekitar IDR 100,000. Tidak mahal-mahal amat lah untuk naik APV 10 menit pulang-pergi menuju spot sunrise yang konturnya naik turun. Kalau jalan kaki pasti dijamin ngos-ngosan. Tahu sendiri kan jalan di padang pasir itu butuh usaha ekstra. Apalagi saat naik bukit. Baru jalan 3 langkah bisa merosot 5 langkah.

Sayangnya pagi itu kami kurang beruntung. Langit kelabu diselimuti awan tebal. Jadi sunrise-nya kurang maksimal. Tapi tetap lumayanlah. Kapan dan dimana lagi bisa menikmati sunrise di padang pasir di ASEAN kalau bukan di Mui Ne, Vietnam.

Yang paling unik, tiba-tiba saja ada sebuah balon udara mengudara dari antah barantah. Tidak disangka-sangka kalau ada juga balon udara di Vietnam, bukan hanya di Cappadocia (Turkey) atau Bagan (Myanmar).



THE RED SAND DUNES


Dari the White Sand Dunes perjalanan kemudian dilanjutkan naik jeep menuju lokasi kedua, the Red Sand Dunes. Kalau white sand dunes pasirnya bewarna putih, di red sand dunes ini pasirnya bewarna kemerahan. Lokasinya persis di pinggir jalan utama. Tinggal jalan kaki 5 menit langsung sampai. Disana kami menghabiskan waktu sekitar 30 menit untuk mengeksplor area depannya saja. Karena kami terlalu malas harus harus bersusah payah naik turun bukit pasir menuju bagian tengahnya.


THE FISHING VILLAGE


Berikutnya kami menuju destinasi ketiga, the Fishing Village. Tempat ini menurut saya kurang terlalu spesial karena hanya berupa desa nelayan biasa dengan pasar ikannya yang standar. Kami hanya berkeliling 15 menit disana sebelum minta segera diantar ke destinasi terakhir, the Fairy Stream.



THE FAIRY STREAM


Awalnya saya bingung tempat seperti apakah the Fairy Stream ini. Ternyata begitu sampai, the Fairy Stream ini semacam aliran sungai yang kanan kirinya dikelilingi bukit-bukit bewarna merah. Jangan takut basah kuyup saat berjalan menyusuri sungainya karena airnya dangkal hanya semata kaki. Lucunya di beberapa titik terdapat banyak pedagang asongan yang menjual dagangannya di atas aliran sungai. Jadi kalau haus atau lapar, bisa sekalian mampir buat jajan.

Di Fairy Stream kami menghabiskan waktu sekitar 1 jam. Setelah itu kami diantar balik ke hostel dan berakhir pula tur murah meriah di Mui Ne. Untuk harga VND 120,000, tur ini worth the money dan WAJIB dicoba saat main-main di Mui Ne.



MUI NE KE HO CHI MINH CITY


Beres tour, saya lalu minta dipesankan tiket bus ke Ho Chi Minh City untuk keberangkatan siang ini. Lagi-lagi, walaupun saya pesan mendadak dan last minute, saya masih kebagian kursi.

Hingga menunggu jam penjemputan bus HCMC, saya habiskan 3 jam dengan berenang, lunch, dan jalan-jalan santai di Pantai Mui Ne.

AKOMODASI DI HO CHI MINH CITY


Kembali ke Mui Ne, saya sudah memesan hostel di THE HIDEOUT, daerah Pham Ngu Lao - District 1. Saya memang sengaja memilih daerah Pham Ngu Lao karena lokasinya strategis jadi gampang kemana-mana. Harga per malamnya IDR 126,000 saja.


DAY 4
HO CHI MINH CITY


Hari ini merupakan hari terakhir berada di Ho Chi Minh karena sorenya nanti saya harus mengejar penerbangan balik ke Kuala Lumpur. Agenda hari ini adalah city tour mengunjungi tempat-tempat mainstream di Ho Chi Minh seperti berbelanja di Ben Thanh Market, mengagumi arsitektur dari Saigon Central Post Office dan Ho Chi Minh City Opera House, serta menikmati secangkir kopi Vietnam nikmat dengan pemandangan langsung Notre Dame Cathedral of Saigon.

Bangunan favorit saya sudah pasti Notre Dame Cathedral of Saigon setinggi 58 meter yang dibangun tahun 1863-1880. Tapi saya juga terkesan dengan arsitektur Tan Dinh Church, gereja serba pink bergaya Neo-Romanesque yang dibangun tahun 1870 hingga 1876. Jarak satu tempat dengan tempat lainnya di Ho Chi Minh City berdekatan satu dengan lainnya. Jadi saya cukup jalan kaki saja kemana-mana.

Nah begitulah pengalaman singkat saya mengunjungi Vietnam, negara ASEAN ke 10 yang saya kunjungi. Kurang puas sih karena terlalu sebentar jadi saya berencana untuk datang lagi ke Vietnam. Tapi bagian utaranya yang katanya alamnya bagus banget.




Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/

#Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #Solotravelling #HoChiMinhCity #MuiNe


Senin, 07 Januari 2019

PILIH MANA, REGALIA RESIDENCES ATAU THE FACE SUITES

Regalia Residences dan the Face Suites KL. Kedua akomodasi ini banyak direkomendasikan para traveler sebagai penginapan terbaik di Kuala Lumpur karena memiliki infinity pool keren dengan background Petronas Twin Towers dan Menara Kuala Lumpur. Tapi pilih yang mana? Regalia Residences atau the Face Suites? Berhubung saya pernah menginap di keduanya, review singkat ala saya ini mungkin bisa sedikit membantu.

the Face Suites

LOKASI


Baik Regalia Residences maupun the Face Suites lokasinya sama-sama berada di pusat kota Kuala Lumpur. Namun the Face Suites lokasinya lebih strategis dan lebih dekat dengan jantung kota Kuala Lumpur. Dari the Face Suites, saya cukup berjalan kaki 10 menit saja menuju KLCC atau Petronas. Tapi kalau dari Regalia Residences saya harus naik uber MYR 10 atau 2x berganti kereta ke KLCC.

Berikut ini perbandingan jarak antara Regalia Residences dan the Face Suites terhadap KLCC, Menara KL, dan KL Sentral.

KLCC ke Regalia Residences: 1.6 km
The Face Suites ke KLCC (Petronas): 1.6 km
The Face Suites ke Menara KL: 1.9 km
The Face Suites ke KL Sentral: 5.7 km 

Regalia Residences ke KLCC (Petronas): 3.1 km
Regalia Residences ke Menara KL: 3.4 km
Regalia Residences ke KL Sentral: 7.3 km 

Skor 1 : 0 untuk the Face Suites

the Face Suites

the Face Suites

TRANSPORTASI PUBLIK


Baik Regalia maupun the Face Suites sama-sama bisa diakses via transportasi umum. Regalia bisa dicapai 5 min jalan kaki dari Stasiun Putra sedangkan the Face Suites 5 min jalan kaki dari Stasiun Monorail Bukit Nanas. Kalau naik Grab, keduanya bisa ditempuh 10 menit berkendara dari KL Sentral. 

Skor imbang 0-0

Regalia Residences


Regalia Residences

INFINITY POOL


Keduanya sama-sama memiliki infinity pool dengan pemandangan langsung Petronas Twin Tower dan Menara Kuala Lumpur. Hanya saja karena letak the Face Suites lebih dekat dengan KLCC maka pemandangan Petronas Twin Tower terlihat lebih jelas. Ditambah lagi infinity pool di the Face Suites terletak di lantai 51 yang konon katanya tertinggi di Kuala Lumpur. Sementara infinity pool Regalia hanya berada di lantai 37. 

Skor 2-0 untuk the Face Suites

the Face Suites

the Face Suites

HARGA PER MALAM


Keduanya bisa dipesan dengan harga kurang dari USD 50 per malam via Airbnb. Usahakan untuk melakukan pemesanan jauh-jauh hari supaya bisa dapat banyak pilihan host, banyak pilihan harga (sesuai budget), serta kepastian ketersediaan kamar. Paling murah, saya pernah dapat USD 21/malam di the Face Suites dan USD 16/malam di Regalia. Tidak beda jauh sih harganya tapi Regalia Residences memiliki sedikit keunggulan.

Skor 2-1 untuk the Face Suites

Regalia Residences

Regalia Residences

Regalia Residences

KUALITAS, FASILITAS, DAN INTERIOR


The Face Suites lebih unggul. Lebih berkelas, lebih terawat, lebih premium, dan lebih berkesan mewah. Fasilitasnya juga mumpuni. Ada gym, kolam renang sekunder untuk anak kecil, dan perpustakaan yang bisa diakses gratis oleh para tamu hotel/apartmentnya.

Sedangkan Regalia Residences, entah mengapa bangunannya sedikit tidak terawat. Cat temboknya terkelupas, dindingnya kusam, dan interior liftnya bocel-bocel. Tidak sedap dipandang mata. Malah liftnya super lelet dan fasilitasnya biasa saja.

Skor 3-1 untuk the Face Suites

Akhirnya dengan segala keunggulan yang ada, saya lebih memilih menginap di the Face Suites. Interior gedungnya lebih terawat dan terasa luxury. Begitu pula kamarnya yang terlihat lebih fresh, lebih modern, dan spacious. Infinity pool-nya juga juara kelas. Dengan view langsung Petronas Twin Towers dan Menara KL. Harganya memang sedikit lebih mahal dari Regalia tapi setimpal dengan kualitas dan apa yang didapat. Setuju kan?

the Face Suites



Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/

#Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #ASEAN #Malaysia #Singapore #Kualalumpur #RegaliaResidences #theFaceSuites

Selasa, 20 Februari 2018

JALAN - JALAN DI NUSA PENIDA BALI

Nama Nusa Penida memang masih terdengar asing bagi sebagian besar orang. Dikenal sebagai Bali’s Sister Islands, Nusa Penida bisa menjadi alternatif berlibur selama di Bali dengan tempat-tempat baru anti mainstream.

BALI KE NUSA PENIDA


Akses menuju Nusa Penida tidaklah sulit. Fast Boat berangkat dari Sanur setiap hari dengan jadwal keberangkatan dari pagi hingga sore, sementara rute sebaliknya ada di pagi dan sore hari dengan lama tempuh sekitar 45 menit. Bisa juga naik Kapal Roro dari Pelabuhan Padang Bai atau naik Kapal Rakyat dari Kusamba.

Sekarang makin mudah saja untuk menuju Nusa Penida. Kalau kebetulan berangkat dari Sanur, jangan lupa mampir ke Warung Ikan Mak Beng yang endolita. 1 porsinya sudah termasuk 1 piring ikan bakan dan 1 mangkok gulai ikan yang rasa dan bumbunya tidak perlu diragukan lagi. Juara kelas.

ITINERARY DI NUSA PENIDA


Rata-rata para pengunjung yang datang ke Nusa Penida menghabiskan waktu 2 hari 1 malam. Tapi one day trip pun juga bisa dilakukan. Berangkat pagi-pagi pukul 8 pagi dari Sanur lalu kembali dari Nusa Penida pukul 5 sore. Setibanya di dermaga Nusa Penida, tinggal rental motor IDR 75,000/hari untuk menjelajahi seisi pulau.

Ada 4 tempat yang wajib dikunjungi selama di Nusa Penida:
  • Broken Beach
  • Angel Billabong
  • Kelingking Beach
  • Chrystal Bay

Jika masih punya waktu, bisa lanjut ke Pantai Atuh atau ikutan half day tour snorkeling berenang bersama manta.

BROKEN BAY


Broken Beach terletak di sisi barat pulau dan dapat dicapai sekitar 1 jam berkendara dari pelabuhan utama. Dinamakan Broken Beach karena di pantai ini terdapat tebing karang yang berlubang di bagian tengahnya, sehingga membentuk seperti terowongan raksasa di tengah laut. Oleh penduduk setempat, pantai ini disebut juga Pasih Uug yang dalam Bahasa Lokal berarti “Pantai yang Rusak”.

Selain menawarkan pemandangan ikonik berupa tebing karang berlubang, Broken Beach juga menawarkan pantai pasir putih yang masih asri dan alami. Namun sayangnya hingga kini belum ada akses jalan kesana sehingga kita harus puas mengambil gambar dari atas.

ANGEL BILLABONG


Persis di sebelah Broken Bay, terdapat spot lain bernama Angel Billabong. Nama Billabong sendiri diambil dari Bahasa Aborigin yang berarti “Ujung Sungai yang Buntu”. Karena sejatinya Angel Billabong memang merupakan muara sungai yang ujungnya langsung menghadap lautan lepas.

Tidak usah ditanya betapa indahnya tempat ini karena Angel Billabong benar-benar spektakuler. Inilah yang disebut breathtaking view. Melihat pemandangan yang saking indahnya, hati jadi tercekat dan sulit bernapas.

KELINGKING BEACH


Dari Angel Billabong kami kemudian beralih menuju Kelingking Beach. Pantai ini juga memiliki view point ikonik berupa perbukitan hijau yang mirip jari kelingking. Ada juga yang bilang mirip dinosaurus T-Rex.

Untuk turun ke pantainya memang butuh usaha ekstra. Jalanannya sempit disertai banyak tanjakan dan turunan curam.Tapi usaha itulangsung terbayar saat menyaksikan keindahan Pantai Kelingking yang belum banyak terjamah. Pantas saja banyak orang yang menyebut Pantai Kelingking sebagai salah satu pantai terindah di Indonesia.

CHRYSTAL BAY


Dari Pantai Kelingking kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju destinasi terakhir, yaitu Pantai Crystal Bay. Hanya dengan berenang sedikit dari bibir pantainya, kami sudah bisa melihat hamparan terumbu karang cantik bewarna-warni. Ikannya banyak, beragam jenisnya, dan ramai seperti di pasar.

Kalau berkunjung ke Chrystal Bay pada Bulan Juli hingga Oktober, besar kemungkinan dapat berjumpa dengan ikan Mola-Mola, si ikan purba. Pada bulan-bulan tersebut ikan Mola-Mola akan naik dari laut dalam ke perairan dangkal di sekitaran Chrystal Bay untuk membersihkan diri. Dan tentu saja peristiwa ini mengundang para penyelam dari seluruh dunia untuk berbondong-bondong datang ke Nusa Penida.

2 hari 1 malam jalan-jalan di Nusa Penida memang terasa singkat. Namun perjalanan kali ini langsung membuat saya jatuh cinta dengan keindahan bentang alam Nusa Penida. Tidak hanya daratannya yang eksotis, tapi keindahan bawah lautnya juga luar biasa indah. Tidak heran jika Nusa Penida dijuluki “Surga di Atas, Surga di Bawah”.


Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/

#Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #Bali #NusaPenida #Indonesia #WonderfullIndonesia #PesonaIndonesia

Sabtu, 06 Januari 2018

JALAN - JALAN DI INDIA PART 3 : JAIPUR

Jaipur menjadi kota terakhir yang saya kunjungi dalam solo traveling trip ke India kali ini. Kota ini menjadi kota terbesar sekaligus ibu kota Propinsi Rajashtan. Jaraknya hanya 268 km dari New Delhi atau 246 km dari Agra, sehingga ketiga kota tersebut sering disebut destinasi "Golden Triangle".

Jaipur juga terkenal dengan sebutan the "Pink City" karena banyak bangunan di dalam pusat kotanya di cat bewarna pink, simbol dari keramahan (hospitality). Pengecetan kotanya menjadi warna pink dilakukan tahun 1876 untuk menyambut kunjungan Raja Inggris dan Ratu Victoria ke Jaipur.



AGRA KE JAIPUR


Dari Agra saya lagi-lagi naik sleeper train menuju Jaipur. Kali ini saya sedikit beruntung karena dapat tiket kereta kelas 2 yang cukup nyaman dibuat tidur dan istirahat selama 5 jam perjalanan ke Jaipur. Harga tiket keretanya INR 747. 

Karena berangkat pukul 6 sore, saya baru tiba di stasiun kereja Jaipur pukul 11 malam. Sebetulnya saya cukup was-was naik tuk-tuk malam-malam, seorang diri, dari stasiun ke hostel sekalipun naik prepaid tuk-tuk. Tapi untungnya ketakutan saya tidak terbukti. Saya diantar persis sampai depan hostel dan so far aman-aman saja.


AKOMODASI DI JAIPUR


Saya menginap di Zostel Jaipur dengan harga per bed, per malamnya IDR 550 atau IDR 110,000. Lokasinya super strategis, di pusat kota, hanya 8 menit jalan kaki ke Hawa Mahal. Kamarnya bersih, ber AC, meskipun kamar mandinya sharing di luar. Ada dapur, ruang makan outdoor, smoking room, common room, lengkap pokoknya.

Resepsionisnya juga friendly dan helpfull. Memberikan saya peta gratis serta banyak tips and tricks cara menawar tuk-tuk agar tidak kena scam. Dengan servis yang baik pantas saja jika Zostel di Jaipur ini pernah dinobatkan sebagai hostel terbaik di India tahun 2015 dan 2017.


DAY 4
JAIPUR CITY TOUR


Sebetulnya saya hanya punya waktu efektif 1 hari saja di Jaipur karena dini hari nanti saya sudah harus ke bandara mengejar pesawat balik ke Indonesia. Agak dilema karena ada banyak sekali tempat menarik di Jaipur, lebih banyak ketimbang di Agra maupun New Delhi. Oleh sebab itu saya hanya memilih tempat best of the best di Jaipur versi saya mengingat keterbatasan waktu.
  1. Hawa Mahal
  2. Amber Fort
  3. Jal Mahal
  4. Nahargarh Fort

HAWA MAHAL


Hawa Mahal atau dikenal dengan The Palace of Winds adalah sebuah istana yang dibangun tahun 1799 dengan warna serba pink. Istana 5 lantai ini memiliki 953 jendela kecil disebut "jharokas" yang digunakan para perempuan keluarga kerajaan untuk mengintip kehidupan di luar istana tanpa harus takut terlihat dari luar. Menurut saya spot terbaik untuk menikmati keindahan Hawa Mahal bukan dari dalam istana tapi justru dari rooftop restoran yang berada persis diseberangnya.




AMBER FORT / AMER FORT


Terletak 11 km di luar kota Jaipur, Amber Fort merupakan istana/benteng yang dibangun tahun 1592 dengan gaya arsitektur campuran antara Hindu dan Muslim. Amber Fort berada di puncak bukit sehingga jika ingin sampai ke atas sana pilihannya ada 2: jalan kaki atau naik gajah. Tentu saya memilih jalan kaki karena lebih murah dan lebih sehat (aslinya sih karena duitnya sudah hampir habis, hehe). Hati-hati saja dalam melangkah karena disana banyak ranjau gajah yang ukurannya besar-besar.






JAL MAHAL / WATER PALACE


Dalam perjalanan balik dari Amber Fort ke kota Jaipur, saya sempatkan untuk mampir sebentar ke Jal Mahal atau sering disebut juga Water Palace. Seperti namanya, istana ini berdiri megah di tengah Danau Man Sagar sehingga terlihat seperti mengapung. Untuk masuk kesana kita mesti naik perahu.




NAHARGARH FORT


Sore harinya saya naik tuk-tuk ke Nahargarh Fort, sebuah benteng yang dibangun tahun 1734. Kata orang-orang spot sunset terbaik di Jaipur adanya di Nahargarh Fort, makanya saya bela-belain naik tuk-tuk 1 jam kesana. Tapi tidak sia-sia kok usahanya karena sunset disana memang betulan keren walaupun agak sedikit ketutupan awan. Sepi lagi tidak banyak turis.


SUMMARY SOLO TRAVELING DI INDIA


Secara keseluruhan saya sangat menikmati waktu saya selama berada di India. India tidak sekumuh, sejorok, dan semrawut seperti yang banyak orang kira. Nyatanya tempat wisata disana keren-keren, bersih, dan terawat. Aksesnya juga terbilang mudah. Baik di dalam kotanya maupun antar propinsi. Makanan India juga enak-enak dengan bumbu yang berani. Cocok di lidah orang Indonesia. Asiknya lagi rata-rata orang India bisa berbahasa Inggris standar sehingga memudahkan komunikasi

Kata orang setelah mengunjungi India “you will either hate it or love it”.  Nothing in between. Ada yang kapok, ada yang sebel, tapi ada juga yang jatuh cinta dengan India. Sedangkan bagi saya, India terlalu indah untuk dilewatkan. I love it and I would love to come back again one day.
Solo traveling di India aman kok. You should try it too.




- THE END -


Kamis, 04 Januari 2018

JALAN - JALAN DI INDIA PART 2 : AGRA

Sudah 4 jam lamanya saya menunggu kereta tujuan Agra tiba di stasiun kereta Charbagh Lucknow. Rasanya sudah tidak terhitung berapa banyak kereta yang datang silih berganti. Rata-rata kereta yang lewat penampilannya lusuh, tidak terawat, catnya banyak yang terkelupas, dan bocel sana sini.

Dalam hati, saya membatin, semoga kereta tujuan Agra nanti tidak busuk-busuk amat mengingat saat itu yang tersisa hanya tiket sleeper train Air Conditioner 3-Tier (3 AC) dan dengan amat terpaksa saya harus membelinya. Pinginnya sih membeli tiket kereta First Class atau Second Class tapi apa daya, saat itu sudah habis terjual.


Sekedar informasi, ada 6 tipe kelas di kereta India:

1. Air Conditioner First Class (1 AC)
Kelas tertinggi. Paling mahal, paling mewah. Dalam 1 gerbong biasanya hanya memuat 18-24 penumpang dengan 1 kabin terdiri dari 2 bed atau 4 bed (2 atas, 2 bawah)

2. Air Conditioner Second Class (2 AC)
Kelas di bawah First Class tapi paling banyak dijumpai di kebanyakan kereta di India. Dalam 1 kabin terdiri dari 4 bed (2 atas, 2 bawah) di kiri dan 2 bed (1 atas, 1 bawah) di kanan. 

3. Air Conditioner 3-Tier (3 AC)
Kelas ekonomi/kelas tiga. Dalam 1 kabin terdiri dari 6 bed (2 atas, 2 tengah, 2 bawah) di kiri dan 2 bed di kanan (1 atas, 1 bawah). Rata-rata 1 gerbong memuat 64-72 penumpang.

4. AC - Chair Class (CC)
Tipe kereta pada umumnya. Dengan pengaturan bangku seperti di pesawat/bus. Dalam 1 row terdapat 2 bangku di kiri, 3 bangku di kanan. Pilihan tepat jika kota tujuan tidak terlalu jauh.

5. Sleeper Class (SL)
Sama seperti Air Conditioner 3-Tier (3 AC) cuman bedanya Sleeper Class ini tidak berpendingin udara. Ada 6 bed di kiri dan 2 bed di kanan.

6. 2nd Class (2S) Unreserved Seating
Dikenal juga dengan sebutan unreserved class dan merupakan kelas paling murah. Karena tempat duduknya terserah, penumpangnya bebas duduk dimana pun, termasuk di atas lantai. Biasanya paling ramai sampai-sampai 1 gerbong bisa penuh dengan manusia.

Begitu kereta tujuan Agra tiba, mulanya saya agak sanksi melihat penampilan eksteriornya. Tapi begitu melihat interior di dalam gerbong kelas 3 (3 AC) saya sedikit lega. Masih acceptable lah. Malah cukup nyaman buat tidur selama 6 jam perjalanan dari Lucknow ke Agra.


AKOMODASI DI AGRA


Saya menginap di Zostel Agra, jaringan hostel cukup terkenal di India. Harga per malamnya INR 400 atau IDR 80,000. Selain reputasinya cukup bagus, Zostel Agra ini lokasinya cukup strategis, hanya 1.5 km dari pintu masuk timur Taj Mahal. Jadi kalau ke Taj Mahal tinggal jalan kaki saja. Di samping itu restoran hostelnya bersih, menunya bervariasi, dan harganya murah meriah. Saya memang agak "picky" untuk urusan makanan di India agar terhindar dari diare atau "Delhi Belly". Untungnya selama disana saya sehat-sehat saja.


DAY 2
STASIUN AGRA CANTT


Tiba di Agra Cant saya langsung menuju konter prepaid taksi untuk memesan taksi ke Zostel Agra. Prepaid taksi merupakan solusi transportasi untuk para traveler di India karena harganya jelas dan sudah diatur pemerintah. Jadi tidak bakal kena scam atau kena tipu. Saya pribadi lebih suka naik prepaid taksi ketimbang harus tawar menawar tuk-tuk di pinggir jalan.


AGRA, INDIA


Beres check in, mandi, sarapan, dan meletakkan barang-barang di hostel, saya memesan taksi untuk mengunjungi 3 tempat di Agra: Mehtab Bagh, Baby Taj Mahal, dan Fatehpur Sikri. Spesial untuk Taj Mahal memang saya agendakan untuk keesokan paginya karena lebih sepi sekaligus ingin menikmati moment sunrise disana.

MEHTAB BAGH


Tujuan pertama adalah Mehtab Bagh. Sebuah taman diseberang Taj Mahal yang dipisahkan oleh Sungai Yamuna. Dulunya Shah Jahan (Mughal Emperor) ingin membangun Black Taj Mahal di area Mehtab Bagh namun sayangnya dia keburu dipenjara oleh anaknya sendiri sebelum pembangunan Black Taj Mahal sempat dimulai.

Saya pribadi suka sekali taman di Mehtab Bagh ini. Tempatnya tidak touristy sehingga lebih sepi turis ketimbang Taj Mahal. Sekalipun saya datang kesana siang-siang, hanya ada saya dan 3 orang pengunjung lainnya. Jadi berasa taman milik pribadi.





BABY TAJ MAHAL


Dari Mehtab Bagh, tujuan berikutnya Baby Taj Mahal. Dalam bahasa lokal sering disebut juga Tomb of I'timad-ud-Daulah dan sejatinya merupakan sebuah makam (tomb) untuk keluarga Shah Jahan. Dibangun tahun 1628, Baby Taj Mahal menjadi inspirasi pembangunan Taj Mahal yang skalanya jauh lebih besar.




FATEHPUR SIKRI


Terakhir saya mengunjungi Fatehpur Sikri. Suatu tempat berjarak 40 km dari Agra yang dulunya "Holy Man" bernama Shaikh Salim Chrishti pernah tinggal. Alkisah Raja Akbar (Mughal Emperor) tidak juga dikaruniai anak laki-laki untuk meneruskan tahta kerajaan. Hingga akhirnya dia berkonsultasi dengan "Holy Man" yang kemudian meramalkan kelahiran anak laki-laki (Jahangir, bapaknya Shah Jahan) penerus kerajaan.

Tak lama berselang, ramalan tersebut menjadi kenyataan. Saking senangnya, Raja Akbar memindahkan ibu kota Kerajaan Mughal ke Fatehpur Sikri dan membangun 3 istana disana. 1 istana untuk istrinya yang beragama Islam, 1 istana untuk istrinya yang beragama Kristen, dan 1 istana untuk istrinya yang beragama Hindu.

Sayangnya Fatehpur Sikri hanya sebentar menjadi ibu kota Kerajaan Mughal. Dari tahun 1572-1585 sebelum akhirnya dipindahkan ke New Delhi. Konon katanya, krisis air menjadi faktor utama penyebab ditinggalkannya Fatehpur Sikri.







SUNSET TAJ MAHAL


Sore harinya saya direkomendasikan orang hostel untuk menikmati sunset dari pinggir sungai Yamuna di samping Taj Mahal. Spotnya gratis tidak dipungut biaya. Lumayan lah view-nya walaupun kurang begitu spektakuler.




DAY 3
TAJ MAHAL


Pukul 4.30 pagi, alarm saya sudah berbunyi. Saya segera bersiap untuk menuju Taj Mahal dan buru-buru mengantri agar bisa menjadi segelintir orang pertama yang masuk ke Taj Mahal. 

Konon katanya bagi pasangan yang berfoto selfie di Taj Mahal, cinta mereka akan kekal abadi. Sementara saya, dasar jomblo traveler, malah sibuk cari orang untuk bantuin foto diri.). Tapi karena datangnya terlalu dan masih sepi, saya malah jadi sibuk mencari permukaan datar untuk meletakkan kamera dan pasang timer.

Anyway Taj Mahal sendiri memang bagus-bagus amat. Dibangun tahun 1632, Taj Mahal merupakan sebuah makam yang dibangun oleh Shah Jahan (Mughal Emperor) untuk istri tercintanya, Mumtaz Mahal, yang meninggal saat melahirkan anak ke 14. Nantinya Shah Jahan juga dimakamkan di Taj Mahal bersebelahan dengan makam Mumtaz Mahal.

Taj Mahal berdiri di area seluas 17 hektar yang terdiri dari masjid, guest house, Taj Mahal, dan taman indah di seklilingnya. Setiap tahun Taj Mahal dikunjungi 7-8 juta pengunjung. Kalau ke India tapi tidak kesana, duh sayang banget. Biarpun di cap touristy atau mainstream destination, ada sesuatu yang spesial mengenai Taj Mahal. Dan itu hanya bisa dirasakan jika kita berada disana. Megah, indah, dan Romantis mungkin 3 kata paling menggambarkan Taj Mahal.






DOWNTOWN AGRA


Dari Taj Mahal saya kemudian berkeliling downtown Agra mencari rooftop restaurant. Entah kenapa saya masih belum puas melihat Taj Mahal jadi saya lanjut menikmati keindahan Taj Mahal dari ketinggian sambil sarapan pagi. Sekalipun restorannya menawarkan view keren tapi dia tidak overcharged. Harga makanan dan minuman yang ditawarkan sama saja dengan restoran di pinggir jalan.






BABY TAJ MAHAL (LAGI) DAN AGRA FORT


Beres sarapan saya kembali lagi ke hostel untuk mandi dan bersiap-siap untuk check out karena sore harinya saya akan melanjutkan perjalanan naik sleeper train menuju Jaipur. Tapi sebelum itu saya masih punya waktu beberapa jam di Agra yang kemudian saya manfaatkan untuk mengunjungi Baby Taj Mahal (lagi) dan Agra Fort bersama teman-teman hostel. 

Total kami berlima, 1 dari Inggris, 1 dari Amerika, 2 dari India, dan saya dari Indonesia. Asiknya punya teman lokal asal India begini, saya tinggal duduk manis saja. Karena dia yang memesan tuk-tuk, menawar harga, menjadi translator, dan sesekali menjadi tour guide dadakan menjelaskan sejarah tiap tempat yang kami kunjungi berdasarkan hasil browsing di internet. Saya sih senang-senang saja, secara dapat teman jalan sekaligus tukang foto pribadi. Hehe.

Sekalipun baru kemarin saya berkunjung ke Baby Taj Mahal tapi kunjungan kali ini tetap , sama berkesannya. Mungkin karena di sepanjang kunjungan saya sibuk bercanda dengan teman-teman hostel dan kami membahas segala hal mulai dari what do and don't saat traveling di India, tips and trick supaya terhindar dari "Delhi Belly", macam-macam scam di India yang harus kamu tahu, hingga topik berat seperti India dan situasi politiknya.




Sementara di Agra Fort, lagi-lagi saya dibuat kagum dengan keindahan arsitektur dan kemegahan benteng serba merah ini. Dibangun antara tahun 1565-1573, Agra Fort dulunya menjadi tempat tinggal dinasti Mughal hingga tahun 1638 sebelum ibu kotanya dipindahkan dari Agra ke New Delhi. 

Benteng ini luar biasa luas (38 hektar) dan terdiri dari banyak ruangan dan bangunan di dalamnya. Perlu waktu 2 jam untuk kami menjelajahi setiap sudutnya. Dari satu titik tertingginya, dapat terlihat pemandangan kota Agra, Sungai Yamuna, dan Taj Mahal di kejauhan.






STASIUN AGRA CANTT


Dari Agra Fort saya kembali lagi ke hostel untuk chill out dan bersantai sambil menunggu jam keberangkatan kereta ke Jaipur. Saya sengaja berlama-lama di hostel karena "trauma" menunggu di stasiun seperti yang terjadi di Stasiun Charbagh Lucknow. Dimana saya harus berbagi tempat dengan sapi, kerbau, tikus, dan anjing. Yuck. 

Barulah 1 jam sebelum jadwal keberangkatan kereta saya memesan tuk-tuk menuju Stasiun Agra Cant. Kebetulan teman sekamar hostel juga mau menuju stasiun kereta, saya ajak saja untuk patungan tuk-tuk. Lumayan, saya jadi hanya perlu membayar INR 50 saja. Kemudian sampai di stasiun kami harus berpisah karena mereka lanjut menuju New Delhi sedangkan saya ke Jaipur.
Bye-bye Agra, hello Jaipur.




- BERSAMBUNG -


JALAN - JALAN DI SEOUL KOREA - PART 1

Kalau ditanya pilih Jepang atau Korea, saya pilih Jepang. Tapi kalau ditanya pilih Tokyo atau Seoul, jelas saya pilih Seoul! Saya bukan...