Senin, 01 Januari 2018

Jalan - Jalan di Paris, Prancis

Sejak pertama kali merencanakan Euro trip ini, Paris menjadi kota teratas dalam Iist tempat yang mesti dikunjungi. Bagaimana tidak, banyak film populer mengambil Paris sebagai lokasi syutingnya seperti Devils Wears Prada, The Tourist, Paris Je Táime, dan The Da Vinci Code. Berjalan-jalan di Paris bagaikan sedang berada di dalam adegan film Hollywood.

EURO TRIP 2016 - PART 1 : 15 HARI, 6 NEGARA
EURO TRIP 2016 - PART 2 : JALAN - JALAN DI KUALA LUMPUR DAN AMSTERDAM
EURO TRIP 2016 - PART 3 : JALAN - JALAN DI PARIS
EURO TRIP 2016 - PART 4 : JALAN - JALAN DI SANTORINI
EURO TRIP 2016 - PART 5 : JALAN - JALAN DI ATHENA
EURO TRIP 2016 - PART 6 : JALAN-JALAN DI FLORENCE, PISA, DAN CINQUE TERRE
EURO TRIP 2016 - PART 7 : JALAN-JALAN DI ROMA, ITALIA

AMSTERDAM TO PARIS


Dari Amsterdam saya naik Megabus menuju Paris. Lumayan murah meriah. Cukup membayar EUR 12.25 untuk 8 jam perjalanan. Saya booking online lalu tinggal tunjukkan bukti pemesanan saat akan naik bus. Tidak ada nomor kursi jadi pilih kursinya siapa cepat dia dapat. Jadi jangan telat dan jangan pilih kursi yang dekat toilet. 

Pool bus Megabus di Amsterdam ada di Amsterdam Sloterdijk Rail Station sedangkan di Paris di Bercy. Keduanya dapat dijangkau dengan transportasi umum (Metro di Paris, Tram di Amsterdam) jadi tidak perlu naik taksi untuk kesana sekalipun membawa koper lumayan besar. Kalau baru pertama kali naik Megabus pastikan untuk datang 30 menit lebih awal supaya bisa survey lokasi dan mencari halte busnya. Bus akan tiba 10-15 menit sebelum jam keberangkatan.

Selama perjalanan bus akan beberapa kali berhenti untuk memberikan waktu kepada para penumpang untuk ke toilet atau jajan termasuk di Terminal Sentral Belgia selama 30 menit. Overall Megabus ini cukup nyaman karena sepanjang perjalanan saya bisa tidur dengan nyenak. Juga ada fasilitas free wifi.

TRANSPORTASI DI PARIS


Transportasi di Paris sudah cukup mature. Segala jenis sarana ada disana mulai dari RER, Metro, City Bus, Airport Bus, Taksi, tram, dan Uber. Tapi hanya dengan Metro kita sudah bisa kemana-mana di Paris. Bagaimana tidak, Metro di Paris memiliki 16 jalur dan 302 stations dengan panjang lintasan 214 km. Setiap harinya Metro di Paris mengangkut 4.2 juta penumpang atau 1.5 milyar penumpang dalam 1 tahun. Menjadikan Metro di Paris nomor 2 paling sibuk di Eropa setelah metro di Moskow, Russia.

Ada 3 macam tipe tiket Metro di Paris. Berikut penjelasannya supaya tidak bingung.

  • t+ ticket : single ticket untuk pemakaian 1x untuk penggunaan segala jenis metro lines, city bus (kecuali Orlybus dan Roissybus ke bandara), tram, dan funicular di Montmarte. Harga t+ ticket sebesar EUR 1.9. Jika membeli 10 t+ ticket (1 carnet) harganya menjadi EUR 16.90.
  • Mobilis Ticket : tiket terusan harian yang bisa dipakai untuk pemakaian tidak terbatas metro, RER, city bus, tram, dan funicular. Harganya bervariasi tergantung jumlah zona yang dipilih. Harga mobilis untuk 2 zona sebesar EUR 7.50, 3 zona EUR 10.00, 4 zona EUR 12.40, dan 5 zona EUR 17.80.
  • Navigo Pass : tiket terusan mingguan yang bisa dipakai untuk pemakaian tidak terbatas metro, RER, city bus, tram, dan funicular dari zona 1-5 termasuk Disneyland, CDG Airport, Orly Airport, dan Chateau de Versailles. Karena berlaku mingguan, Navigo berlaku dari hari Senin pagi (00.00) hingga Minggu malam (23.59). Harganya EUR 22.80.

Kalau mau ke Bandara Charles de Gaulle bisa naik taksi, uber, RER-B, atau bus. Saya pribadi lebih suka naik RER-B karena paling murah dan efisien. Harganya EUR 10.30 untuk perjalanan sekitar 45 menit. Sediakan waktu sekitar 3-4 jam sebelum keberangkatan pesawat karena RER ini kadang suka telat datang atau tiba-tiba mogok.

Note:
Central Paris berada di zona 1
CDG Airport berada di zona 5
Orly Airport dan Versailles berada di zona 4

AKOMODASI DI PARIS


Selama di Paris saya menginap di Hotel Charing Cross dengan harga permalam EUR 184. Lokasinya super strategis karena dekat Metro Saint Augustin, dekat Terminal Gare Saint Lazare, dekat supermarket, dan banyak gerai fast food 24 jam. Saking strategisnya, terkadang kalau lagi jalan-jalan lalu kebelet pipis, saya akan bela-belain balik ke hotel sekedar buat ke toilet. Hitung-hitung bisa hemat EUR 1 kan kalau pakai toilet umum. 

DAY 3
TROCADERO


Setelah tiba dari perjalanan dari Amsterdam menuju ke Paris dan check in di hotel, saya langsung menuju Trocadero. Dari hasil browsing di internet, Eiffel Tower ini paling bagus kalau disaksikan dari Trocadero. SETUJU! Best view banget sih ini!

Karena Trocadero ini lokasinya turis banget jadi biasanya selalu ramai sepanjang waktu. Hati-hati dengan barang bawaan karena disana banyak copet. Selalu waspada kalau ada orang tidak dikenal yang tiba-tiba ramah, mengajak ngobrol, atau minta tanda tangan. 

Di Trocadero juga banyak scam artist yang sering mengajak turis bermain tebak bola pingpong dalam gelas. Ini juga lebih baik dihindari, tidak usah ikut-ikutan karena pasti kalah dan ditipu. 

EIFFEL TOWER


Kunjungan ke Paris tidak akan lengkap jika tidak berkunjung ke Eiffel Tower yang dibangun tahun 1889 dengan ketinggian 324 meter. Untuk naik ke observatory deck-nya ada 4 macam tiket masuk.
  • EUR 16.30 untuk menggunakan akses lift menuju lantai 2
  • EUR 25.50 untuk menggunakan akses lift menuju lantai paling atas
  • EUR 10.20 untuk menggunakan tangga menuju lantai 2
  • EUR 19.40 untuk menggunakan tangga menuju lantai 2 lalu akses lift menuju lantai paling atas

DAY 4
CHATEAU DE VERSAILLES

Kalau ada 1 istana yang wajib dikunjungi selama berada di Paris, Chateau de Versailles jawabannya. Istana ini megah, mevvah, dan grande. Dulunya dipakai sebagai tempat tinggal Marie Antoinette sebelum akhirnya dia dihukum mati oleh rakyat Prancis karena hidup bermewah-mewahan di saat penduduk Prancis banyak yang kelaparan dan hidup miskin akibat perang.

Terlepas dari sejarah kelam dari Chateau de Versailles, kalau berkunjung kesana pastikan datang sedari pagi dan sudah membeli tiket secara online. Jadi tidak buang-buang waktu lagi untuk antri. 

Untuk kesana, cara paling murah adalah dengan naik RER-C atau kereta komuternya Parisian. Belilah tiket dengan tujuan Versailles Rive Gauche. Ingat ada 3 stasiun dengan nama Versailes tapi hanya stasiun Versailes Rive Gauche lah yang benar dan paling dekat dengan pintu masuk Chateau de Versailles. Sampai di stasiun Versailles Rive Gauche, kita tinggal berjalan kaki 15 menit menuju Chateau de Versailles. Jangan khawatir kesasar karena petunjuknya banyak dan jelas.




SACRE COUR


Di Paris ada beberapa tempat untuk menikmati pemandangan kota Paris dari ketinggian seperti di Eiffel Tower, Arc de Triomphe, Montparnasse Tower, dan Pantheon. Namun untuk bisa masuk kesana mesti berbayar dan tiketnya tidak masuk budget karena mahal. Setelah dicari-cari ketemu juga tempat gratisan buat melihat view kota Paris dari atas. Sacre Cour namanya.



THE SINKING HOUSE


Lokasi ini cukup populer baik di instagram maupun di internet. Lokasinya persis di samping Sacre Cour tapi membutuhkan sedikit "imajinasi" untuk menemukannya.


MONTMARTE


Boleh dibilang ini adalah daerah paling favorit saya di Paris. Lokasinya masih satu area dengan Sacre Cour. Jalanan cobblestone serta deretan cafe/resto lucu dan gemes sukses mencuri hati saya.


DAY 5
MUSEE DE LOUVRE


Museum terbesar dan paling banyak dikunjungi di dunia dengan 9.6 juta kunjungan dalam 1 tahun. Dulunya bangunan ini difungsikan sebagai istana kerajaan (Royal Palace) sebelum dialih fungsikan menjadi museum. Kini ada 38,000 objek yang dipajang disana termasuk lukisan Monalisa yang terkenal. 

Tiket masuk ke Musee du Louvre sebesar EUR 17 jika dibeli secara online atau EUR 15 jika on the spot. Tiket masuk akan gratis untuk setiap pengunjung pada hari Sabtu pertama setiap bulannya atau saat Bastille Day tanggal 14 July.


BIR HAKEIM


Selain Trocadero, spot asik lainnya untuk menikmati Eiffel Tower dari Bir Hakeim. Dibandingkan Trocadero, Bir Hakeim lebih sepi sehingga kita bisa foto narsis tanpa perlu takut bocor atau malu dilihat ribuan turis lainnya.

CHAMP DE MARS


Rasanya tidak akan pernah bosan melihat Eiffel Tower. Dalam pencarian spot-spot asik lainnya dengan background Eiffel Tower, ketemulah Champ de Mars. Taman luas persis di depan Eiffel Tower yang biasa dipakai oleh Parisian untuk piknik, berjemur, atau sekedar nongkrong menikmati hari sambil makan baguette biar dikira Parisian.

LES INVALIDES


Kompleks bangunan yang terdiri dari monumen dan museum ini dibangun dari tahun 1671 hingga 1678. Disini pulalah terdapat makam dari tokoh revolusi Prancis, Napoleon Bonaparte. Bukan cuman bangunan utamanya yang keren tapi taman di depannya juga bagus dan terawat.

Kunjungan di Les Invalides ini menjadi penutup kunjungan di Paris. Karena besok pagi-pagi saya harus ke Bandara Charles de Gaulle untuk mengejar pesawat tujuan ke Santorini.




Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/

#Europe #Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #Paris #Amsterdam #Santorini #Rome #Athens



Minggu, 03 Desember 2017

TRANSIT DI KUALA LUMPUR - MALAYSIA

Pesawat Airasia yang saya tumpangi mendarat mulus di KLIA-2 pukul 6 pagi. Padahal pesawat lanjutan saya ke Jakarta baru akan berangkat sekitar pukul 1 siang. Artinya ada 7 jam lebih waktu transit di KLIA-2. Memang sih ada macam-macam toko di KLIA-2 buat cuci mata. Mulai dari toko fashion, toko souvenirbranded stores, aneka restoran, coffee shop, dan sebangsanya. Tapi bosan juga kalau hanya berdiam diri di KLIA-2 sampai siang.

Daripada mati gaya di bandara saya berpikir keras mau pergi kemana dalam waktu tanggung begini. Mau ke Kuala Lumpur tapi kok kejauhan. Naik bus saja perlu waktu 1 jam. Belum lagi ditambah waktu antrian imigrasi keluar & masuk yang tidak sebentar. Lagipula pagi-pagi begini masih banyak toko belum pada buka. Dan lagi hampir semua tempat touristy di Kuala Lumpur sudah pernah saya kunjungi semua. Jadi agak malas rasanya harus mengulang untuk kali kedua.

Di tengah kegalauan ini tercetuslah ide untuk jalan-jalan ke Putrajaya. Putrajaya merupakan sebuah kota administratif Malaysia seluas 5,000 hektar yang jaraknya 40 km dari Kuala Lumpur atau 30 km dari bandara KLIA-2. Karena baru dibangun tahun 1995, Putrajaya ini kotanya rapih dan teratur. Tidak tampak kabel listrik awut-awutan, tidak ada bangunan liar. Semua pembangunannya sudah dipikirkan dengan matang dan cermat.

Ada banyak sekali tempat menarik di Putrajaya, diantaranya:
  • Putrajaya Botanical Garden (taman botanical terbesar di Malaysia dengan luas 92 hektar dan koleksi 7,000 spesies tanaman)
  • Masjid Putra (mampu menampung hingga 15,000 jamaah)
  • Perdana Putra (Prime Minister's Office)
  • Astaka Morocco (bangunan bergaya Maroko yang dibangun atas kerjasama Pemerintah Malaysia dengan Pemerintah Maroko)
  • Dataran Putra (alun-alun tempat diadakan perayaan penting di Putrajaya, seperti parade kemerdekaan setiap bulan Agustus)
  • Palace of Justice (Istana Kehakiman)


DARI KLIA-2 KE PUTRAJAYA


Cara termudah menuju Putrajaya adalah dengan naik KLIA-Transit, lalu turun di stasiun Putrajaya. Harganya MYR 9.40 kalau berangkat dari KLIA-2 atau MYR 14,00 kalau dari KL Sentral. Tidak mahal-mahal amat. Lama perjalanan 18 menit dari KLIA-2 atau 20 menit dari KL Sentral. 

Setibanya di stasiun Putrajaya bisa langsung disambung naik Grab/taksi/bus umum menuju tempat wisata di Putrajaya. Karena keterbatasan waktu, saya hanya mengunjungi 3 tempat disana:

  1. Masjid Putra
  2. Perdana Putra (Prime Minister's Office)
  3. Astaka Morocco

MASJID PUTRA


Masjid Putra dibangun dengan arsitektur campuran antara Persia, Malaysia, dan Arab. Design minaret setinggi 116 m nya terinspirasi dari Masjid Syekh Omar di Baghdad dan dinding basemennya dibuat menyerupai Masjid King Hassan di Casablanca, Maroko. Dengan kubah ikoniknya yang bewarna pink, Masjid Putra ini sering dijadikan ikon dari Putrajaya dan juga gambar postcard.



PERDANA PUTRA (PRIME MINISTER'S OFFICE)


Siapa sangka bangunan unik 6 lantai dengan atap berbentuk bawang ini menjadi ruang kerja Perdana Mentri Malaysia. Kalau di Indonesia mungkin bisa disamakan seperti Istana Negara. Dibangun dari tahun 1997 hingga 1999, Perdana Putra ini kental akan arsitektur bergaya Islamic-Mogul. Letaknya persis di sebelah Masjid Putra dan dekat danau. Jadi biasanya Perdana Putra dan Masjid Putra dikunjungi bersamaan



ASTAKA MOROCCO


Salah satu bangunan "hidden gem" di Putrajaya karena keberadaan dan lokasinya belum banyak orang yang tahu. Sesuai namanya, Astaka Morocco ini didesain simetris di ke empat sisinya dengan detail dan ornamen khas Maroko. Sehingga membuat kita yang berkunjung kesana berasa sedang berada di Casablanca. Karena memang semirip itu. Kalau kesana jangan lupa mampir ke bagian tengahnya dimana terdapat sebuah air mancur spektakuler.




PUTRAJAYA KE KLIA-2


Setelah puas mengelilingi Astaka Morocco, saya lalu memesan Grab menuju Stasiun Putrajaya untuk kemudian naik kereta KLIA transit menuju KLIA-2. Total saya hanya memerlukan waktu sekitar 5 jam-an untuk perjalanan singkat di Putrajaya. Dari mulai mengantri keluar imigrasi, naik kereta KLIA transit menuju Putrajaya, lalu keliling Masjid Putra, Perdana Putra, dan Astaka Morocco, sampai balik lagi ke airport. Highly recommended lah kalau kebetulan sedang transit di KLIA minimal 6 jam. Daripada mati gaya di airport yakan?



Instagram : @williamkellye
https://www.instagram.com/williamkellye/

#Travel #Backpacking #Explore #Wanderlust #Destination #Williamkellye #KualaLumpur #Malaysia #Putrajaya

Sabtu, 25 November 2017

JALAN - JALAN DI INDIA PART 1 : LUCKNOW

10 tahun lalu saya pernah bilang kalau tidak akan pernah pergi ke India. Keseringan nonton reality show The Amazing Race, saya berpikiran kalau India itu bau, jorok, kotor, macet, dan semrawut. Ditambah referensi film Slumdog Millionaire serta cerita miring lainnya tentang India, makin ogah  saja saya kesana. Masa mau liburan malah jadi stress. Makanya India tidak pernah masuk dalam bucketlist saya.

Sampai suatu ketika saya tidak sengaja nonton vlog-nya Sam Kolder tentang India.  Serasa tertampar, India ternyata luas bagaikan sebuah benua. Tidak bisa digeneralisasi satu tempat dengan tempat lainnya. India utara beda dengan India Selatan. Begitu juga India timur dan barat. India bukan hanya New Delhi dan Taj Mahal saja. Tapi masih ada Srinagar, Ladakh, Mumbai, Jaipur, Jodhpur, Kalkuta, dan Jesailmer.

Karena penasaran saya segera mencari teman jalan ke India namun sayangnya tawaran saya ditolak mentah-mentah. Ada yang lebih memilih ke Korea, ke Jepang, ke Eropa, dan ada juga yang malas ke India karena alasan klasik: katanya India bau, jorok, dan jelek. Duh. Akhirnya saya putuskan saja untuk solo traveling ke India karena India can't wait. Hehe.


ITINERARY DI INDIA


Biasanya orang yang pertama kali ke India mengunjungi destinasi "Golden Triangle". Terdiri dari New Delhi, Jaipur, dan Agra. Tapi sialnya saya tidak ketemu tiket pesawat murah tujuan New Delhi dan Jaipur. Sementara untuk Agra, hingga saat ini belum ada penerbangan internasional kesana.

Akhirnya saya kembali mengutak-atik skyscanner mencari alternatif kota lain asalkan dekat dengan Agra karena tujuan utama saya ke India ini adalah untuk mengunjungi Taj Mahal. Ketemulah tiket pesawat ke Lucknow yang harganya masih masuk akal di tanggal yang saya mau. Lalu untuk tiket kepulangan saya pilih lewat Jaipur karena paling murah.

Maka itinerary 5 hari solo traveling di India sebagai berikut:
  • Day 1 : Jakarta to Singapore (by plane), lalu Singapore to Lucknow (by plane), dan Lucknow to Agra (by sleeper train)
  • Day 2 : Agra City Tour (Fatehpursikri, Mehtab Bagh)
  • Day 3 : Agra City Tour (Taj Mahal, Baby Taj Mahal, Agra Fort), lalu Agra to Jaipur (by sleeper train)
  • Day 4 : Jaipur City Tour (Amber Fort, Jal Mahal, Hawa Mahal, City Palace, Nahargarh Fort)
  • Day 5 : Jaipur to Singapore (by plane) lalu Singapore to Jakarta (by plane)
Saya skip New Delhi karena waktunya tidak cukup dan memang saya kurang berminat kesana. Kalau pun ada waktu lebih saya akan lebih memilih mengunjungi padang pasir di Jesailmer atau kota serba biru di Jodhpur.


TIKET PESAWAT KE INDIA


Total saya menghabiskan IDR 3,050,000 untuk tiket pesawat ke India (4 penerbangan).
  • Tiket free seat Airasia Jakarta - Singapura (PP): IDR 700,000
  • Tiket Scoot Singapura - Lucknow: IDR 1,650,000
  • Tiket Scoot Jaipur - Singapura: IDR 1,700,000

AKOMODASI DI LUCKNOW


Saya tidak memesan akomodasi di Lucknow karena hanya beberapa jam saja berada disana. Pesawat saya mendarat di Lucknow sekitar pukul 8 malam lalu pukul 12 malamnya saya naik sleeper train menuju Agra. Lumayan bisa hemat ongkos penginapan 1 malam.


SINGAPURA KE LUCKNOW


Tiba di Chaudhary Charan Singh Airport, Lucknow, saya baru sadar kalau sepesawat tadi hanya ada 3 orang termasuk saya yang bukan orang India. Mungkin Lucknow ini memang bukan gerbang masuk populer turis mancanegara karena saat mengantri imigrasi, loket khusus antrian foreigner baru saja spesial dibuka karena kemunculan kami bertiga. 

Beres mendapatkan cap masuk India, saya langsung menuju pintu keluar mencari konter prepaid taksi. Karena hanya punya waktu beberapa jam saja di Lucknow, saya putuskan untuk mampir ke 1 tempat paling populer di Luknow, yaitu Bara Imambara, sebelum lanjut naik sleeper train ke Agra.

BARA IMAMBARA


Dari bandara menuju Bara Imambara hanya perlu waktu 30 menit. Apalagi jalanan di Lucknow cukup lenggang saat itu jadi cepat sampai. Cukup surprised mengingat saya selalu berpikiran kalau India bakalan macet dan semrawut. Tapi ternyata tidak semua kota seperti itu. Lucknow pengecualian.

Dalam perjalanan menuju Bara Imambara, terlihat banyak toko-toko dan ruko-ruko di pinggir. Sesekali saya melihat turis bule naik becak menikmati malam di kota Lucknow. Kalau dibanding-bandingkan, Lucknow mirip seperti kota-kota di Pantura.

Sayangnya saya tiba di Bara Imambara terlalu malam. Tempatnya sudah keburu tutup jadi saya tidak bisa masuk. Sedikit kecewa sih karena Bara Imambara yang dibangun tahun 1786-1791 ini merupakan destinasi no 1 yang wajib dikunjungi saat berada di Lucknow.

Alhasil, saya habiskan saja 1 jam duduk-duduk di taman persis di depan Bara Imambara yang surprisingly cukup bersih tidak banyak sampah. Padahal di taman tersebut banyak orang lokalnya yang nongkrong, duduk-duduk santai, atau berolah-raga.




LUCKNOW CHARBAGH RAILWAY STATION


Dari Bara Imambara saya lalu naik taksi menuju stasiun kereta Lucknow Charbagh. Dari luar sih arsitektur stasiun yang dibangun tahun 1923 ini lumayan keren. Tapi begitu masuk ke dalamnya saya langsung shock. Bukan karena keramaian dan kekisruhannya, tapi fakta kalau saya harus berbagi tempat di dalam stasiun bersama sapi, kerbau, anjing, dan tikus selama menunggu kereta datang. Yuck.

Entah darimana mereka datangnya, yang jelas mereka datang silih berganti dan berlarian di dalam stasiun kereta. Malah kotoran sapinya berceceran dimana-mana lagi. Seketika saya merasa "kotor" dan "jorok".

Menambah penderitaan di malam itu, kereta saya ke Agra ternyata harus delay 2 jam. Wah makin lama aja nih "disiksa" stasiun kereta Charbagh Lucknow". Welcome to India.

- BERSAMBUNG-



Jumat, 24 November 2017

Skydiving di Queenstown (New Zealand)



Sudah lama saya kepingin mencoba skydiving. Tapi karena harganya yang mahal, mungkin saya hanya sanggup melakukannya sekali seumur hidup. Makanya lokasi skydive pertama harus yang indah indah dan patut dikenang, karena tidak tahu kapan lagi akan skydiving.

Setelah browsing sana sini, ketemulah Queenstown di New Zealand. Tempat ini langsung mencuri perhatian saya dengan pemandangannya yang aduhai. Langit biru, pegunungan bersalju, plus bonus Danau Wakatipu. Sekalipun saya bukan orang yang berani-berani amat, tapi kalau view skydiving-nya seindah ini, langsung hilang deh rasa takut dan nerveous-nya.

 

Sebetulnya ada banyak spot skydiving di New Zealand seperti di Wanaka, Auckland, Franz Josef, atau Rotorua. Cuman yang paling komersil dan terkenal ya di Queenstown. Saking komersilnya saya sampai bela-belain booking dari 2 minggu sebelumnya supaya dapat slot skyjump pukul 11 siang. Bisa saja sih datang “Go Show” tapi tidak jaminan bisa skyjump di hari yang sama dan di jam yang diinginkan. Sementara saya kan kepinginnya skydiving di siang hari supaya dapat pemandangan paling maksimal (karena cahayanya paling berlimpah).

Setelah jadwal skyjump ter-booking, akhirnya tiba juga hari yang dinanti-nanti. Hari dimana saya akan melakukan skydiving. Entah mengapa di hari itu saya malah jadi gugup dan senewen. Tapi the show must go on. Setelah melakukan registrasi di kantor pusat NZone Skydiving, saya dan lima orang lainnya dijemput dengan Van menuju bandara kecil di luar Queenstown. Disana sudah menunggu pesawat imut-imut yang akan membawa kami di ketinggian 15,000 kaki. Di dalamnya kami duduk berbaris sesuai urutan terjun. Dan sialnya saya malah dapat giliran terjun pertama. Waks.

Grogi sih sudah pasti. Tapi disuguhi pemandangan indah di kanan kiri selama penerbangan, pikiran saya justru malah jadi tenang dan relax. Apalagi ketika pintu pesawat dibuka dan saya bisa melihat hamparan pegunungan Remarkables berselimut salju serta Danau Wakatipu tanpa dinding pembatas. Masih tertegun dengan pemandangan indah Queenstown dari atas, tandem master saya tiba-tiba mencolek saya dan memberi aba-aba untuk bersiap meloncat. Jujur saya belum siap mental saat itu. Sambil takut-takut saya mengambil posisi untuk terjun. Dan dalam hitungan ketiga kami pun terjun bersama dari ketinggian 15,000 kaki dengan kecepatan lebih dari 200 km/jam.



Rasanya jantung seperti ketinggalan di atas pesawat. Dan saking cepatnya kami freefall (terjun bebas), saya sampai tidak bisa mendengar suara kencang teriakan saya di detik-detik awat. Barulah setelah parasut kecil pertama terbuka dan kami terjun melambat, saya mulai bisa mendengar suara saya serta berkomunikasi dengan tandem master. Pemandangan saat itu benar-benar sangat indah.

Saya tidak begitu ingat berapa lama saya berada di udara karena dilarang membawa jam tangan atau benda-benda yang mudah lepas saat skydiving. Tapi yang saya ingat, ini adalah salah satu moment paling berkesan dan tidak terlupakan dalam hidup saya. Kalau disuruh skydiving lagi tentu saya akan dengan senang hati melakukannya lagi dan lagi. Tapi kali kedua nanti saya mau terjun bebas sambil salto. Hehe.

Instagram : @williamkellye



JALAN - JALAN DI SEOUL KOREA - PART 1

Kalau ditanya pilih Jepang atau Korea, saya pilih Jepang. Tapi kalau ditanya pilih Tokyo atau Seoul, jelas saya pilih Seoul! Saya bukan...